Mohon tunggu...
Deborah   Nainggolan
Deborah Nainggolan Mohon Tunggu... Relawan - HIDUP KITA SETIAP HARI HARUS BERMANFAAT

HIDUP KU SAAT INI KESEMPATAN.......BERBUAT BAIK DAN BERGUNA UNTUK BANYAK ORANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Itu...

19 Januari 2021   23:30 Diperbarui: 19 Januari 2021   23:32 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu terlihat sangat indah. Nampak di langit bintang-bintang dengan kerlap-kerlipnya memancarkan keindahan tersendiri bagi setiap insan yang memandangnya. Ditambah lagi di sudut sana terlihat bulan Purnama yang  bersinarkan Kuning ke-emasan. Angin malam terasa dingin menusuk sendi-sendi tulang ku. Saat itu sudah pukul 9 malam. Malam Purnama yang indah sekali. Dikejauhan sana tampak bayangan beberapa manusia asyik bersenda gurau di taman depan halaman rumah.         

            “Ayoo….Eri, Ita, Dedi, Rina, segera masuk ke dalam untuk bersiap-siap tidur. “Besok kamu semua sekolah, juga untuk Dedi besok UAS, segera tidur kamu semua, suara Papa yang datang menghampiri kami disini. Jawab Dedi: “sebentar Pa..lagi  asyik nih lihat penampakan Bulan Purnama.” Tiba –tiba terdengar suara Mama dari pintu teras rumah: “ayoo kamu semua.ingat waktu sangat berharga, besok susah bangunnya, ayo Eri ajak adikmu masuk ke ruang dalam, kekamar masing-masing!”  Dengan serentak kami berempat masuk keruang dalam menuju kamar kami masing-masing. Aku kagum dengan didikan orang tua ku, terutama Mama sangat disiplin, semua serba teratur. Sebenarnya aku tidak setuju dengan aturan dirumah, namun karena aku anak sulung, mau tidak mau harus jadi contoh untuk ke-3 adikku, terpaksa deh.

            Baru saja ku baringkan tubuh ku di kursi malas ruang keluarga, sambil menonton TV, terdengar suara telepon di sampingku. Ku angkat telepon dan  terdengar suara sahabatku Aji. “Hai Ri, temenin aku yuk sekarang. Ku jemput yaa kamu tunggu dirumah.” Belum sempat ku jawab ajakan Aji, telepon sudah dimatikan. Ada apakah? Tidak seperti biasanya Aji seperti ini, sudah malam pula. Sebenarnya malas kakiku untuk beranjak dari rumah malam ini. Baru 1 jam aku tiba dirumah menikmati malam ini santai sambil melihat indahnya Bulan Purnama dari taman rumah. Tak apalah, aku keluar rumah malam ini, semoga kehadiranku bisa menolong sahabatku.

            Ku tinggalkan siaran langsung Jatuhnya Pesawat Sriwijaya di Trans TV untuk menuju kamarku berganti baju santai ku dengan t-shirt panjang dan jeans, karena sudah  malam agar tidak masuk angin tubuh ku. Selesai dari kamarku, ku mendatangi Mama di dapur ditemani mba Wati untuk persiapkan makan pagi kami sekeluarga. “Mama, ijin ya aku mau pergi dengan Aji sekarang, tadi Aji telepon aku, ajak pergi sebentar, sepertinya ada yang penting. Boleh ya Mama.” “Erii jangan terlalu malam ya pulangnya, ingat badanmu.” “Iya Mama.” “Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil di luar rumah, pasti mobilnya Aji. “Ma, tolong kunci saja pintu gerbang dan Mama tidur duluan sekalian pamitkan ke Papa yaa.“

            Di dalam mobil VW Kodok hanya aku dan Aji. Kami terdiam beberapa saat didalam mobil, Ajie pun terdiam saat menyetir mobil, hanya alunan musik radio yang terdengar. “Ada apa Jie, bertengkar  dengan Astri? Hening tak ada jawaban. VW Kodok melaju dengan kecepatan sedang menuju Café di sekitar Kemang. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Aji langsung menuju Café kesayangan nya itu, aku hanya menuruti saja. Masih ramai suasana disini, walaupun jam sudah menunjukan pukul 10.00 malam, dan hari ini bukan weekend pula. ”Achhh ..biarlah .Memang beginilah metropolitan  Jakarta.”

Kehidupan yang selalu ramai, penuh dengan seribu rahasia. Kami mencari tempat yang kosong, agak jauh  dipojok. Aji segera memesan kopi dan Roti bakar untuk kami ber 2. Aji lalu mengeluarkan rokok dari saku bajunya. Ku buka percakapan demikian, “Aji, kambuh lagi kebiasaan burukmu, sejak kapan kamu merokok lagi? Rokok tidak akan menolongmu, justru membuat pikiranmu bertambah ruwet.” Ku lihat wajah Aji, berubah. Lalu jawab Aji, ” Ri, sejak 2 minggu ini aku mulai tergantung dengan rokok.” Ku katakan pada Aji, ”rokok merusak tubuh mu, ayoo berhenti merokok! Sayangi tubuh mu, itu pemberian ALLAH.”  

            Tak lama kemudian pelayan café mengantarkan kami kopi dan roti bakar pesanan AJi. Segera kualihkan kembali pembicaraan kami tadi, “Aji gimana dengan hasil UAS mu? “ Jawab Aji, ”Ri, ujian ku pasti jelek nilainya, hancur deh! Aku nggak bisa konsentrasi sekarang ini, kepikiran dengan keluarga ku sebentar lagi Papa dan Mama akan  berpisah.”  “Maksudmu, mereka akan bercera?” “Iya, Ri”, jawab Aji pada ku. “Sejak karier Papa menanjak tinggi, keadaan mulai berubah menjadi buruk. Kini Papa punya wanita lain, berselingkuh, bahkan rencananya Papa akan menikahi wanita itu. “Kasihan Mama, tapi aku juga sayang Papa.” “Aku tak ingin orang tuaku berpisah.tak ingin berantakan keluarga ku, tolong aku,Ri .”  “Sekarang Papa Mama mu ada dirumah kah?” ku tanyakan pada Aji. Jawab Aji, “justru itu yang membuat kepala ku sakit, puwsing. Papa Mama ada di Kalimantan, tempat Papa saat ini bertugas.” Tadi pagi Papa telepon aku, saat aku dikampus. “Papa minta aku dan mba Yanti besok siang harus sudah di Kalimantan, kami harus kumpul berempat di Kalimantan.“  Papa sudah siapkan tiket pesawat untuk ku dan mba Yanti.” “ Ri, aku terlalu santai menghadapi semua ini.”  “Harusnya sejak 3 bulan lalu sejak Papa dan Mama bertengkar, aku sudah berfikir ini serius.” “Namun karena ku perhatikan sikap Papa mulai baik kembali pada Mama dan kasih sayang pada ku dan mba Yanti tetap seperti bisanya. Ku pikir selesai sudah masalah mereka.”  “Tapi ternyata…“  Lalu ku jawab demikian, “kenapa pada saat itu kamu tidak cerita pada ku?” “Jawab Aji, aku tak tahu harus cerita apa pada mu saat itu, karena saat itu kamu sibuk dengan kerjaanmu dan persiapan pernikahan mba Yanti.“   “Maaf kan aku ,Aji.“ “Tidak apa, ini kesalahanku.”   Kata Eri kemudian, ”lalu apa yang dapat ku bantu malam ini, sambil kurangkul sahabatku Aji.” Jawab Aji demikan, “Ri, boleh tolong telepon Papa dan Mama malam ini, karena kamu dekat dengan orang tua ku, tolong Ri. Lalu ku jawab, “Aji, masih ada ALLAH yang senantiasa menolong kita dalam setiap masalah yang kita hadapi . DIA pasti memberikan kita jalan keluar yang terbaik.”

            Saat ini Aji kembali mengambil rokoknya, segera ku ambil rokok dari tangannya. ”Aku akan telepon Papa dan Mamamu malam ini, tapi jangan kamu tambah menghisap rokok mu. ”Ku ambil HP ku untuk kemudian menepone Papa Aji.” “Malam Om Hendi, sehat ya di Kalimantan. Saya, Eri, di Jakarta malam ini.” “Hai Eri, sehat ya di Jakarta, salam untuk Papa Mama mu dari kami.”  Kami pun terlibat dalam percakapan yang serius, ku coba dengan bahasa halus untuk membujuk agar Papa Aji tidak bercerai dengan Mama Aji.“ Tidak ada jawaban yang pasti dari Papa Aji, hasil percakapanku dengan Om Hendi.” Ku ceritakan pada Aji hasil percakapanku dengan Om Hendi.” “Aji, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh ALLAH yang selalu bersama kita sepanjang waktu.” “Yakinlah itu!”  “Sebaiknya kamu pulang kerumah, lalu kamu tidur, dalam istirahatmu pasti segala beban pikiran kita diambil alih semuanya oleh ALLAH.”  Jawab Aji, “tidak mungkin ALLAH mau mengampuni kesalahan Papa.”  “Lalu ku jawab demikian, “Yakinlah ALLAH pasti mengampuni kesalahan Papa mu dan kembali mempersatukan cinta kasih Mama dan Papa mu kembali, Amin. “ Ayoo kita pulang sudah lewat jam 12 malam ini, besok kamu harus bangun pagi ke bandara menuju Kalimantan. “ Aji segera menemui pelayan untuk membayar roti dan kopi yang kami nikmati di Café ini. Kemudian kami berdua meninggalkan café ini untuk menuju mobil yang  diparkir didepan café ini.

            Didalam mobil VW kodok ini, kami terdiam, hanya alunan musik yang terdengar dalam mobil ini. Mungkin Aji sudah lelah bicara, karena hampir 3 jam kami berbicara. Ku biarkan Aji terdiam, agar fokus juga menyetir mobil yang akan mengantar ku pulang kerumah.” Kami melintasi jalan-jalan di Jakarta yang masih terlihat kendaraan di jalanan. Lampu terang benderang dijalan-jalan menuju rumahku di Cinere. ”Sepertinya kota Jakarta tak pernah terlelap.”

            Saat memasuki kompleks rumahku, sepiii sekali sunyi hanya Pak Agus satpam yang siap sedia bersama Pak Jamil menjaga kompleks rumah kami disini.” “Ku sapa kedua bapak ini yang sedang asyik bermain catur, ”malam Pak!“ Dengan bersamaan dijawab Pak Agus dan Pak Jamil, “malam Ri! Kok tumben pulang tengah malam. Lembur ya dari kantor?” Ku jawab, “ada urusan penting pak.”  “Terima kasih, mari Pak.” Sampai lah mobil VW kodok didepan rumah ku, ku tatap sobatku sambil ku jabat tangannya dan kukatakan demikian, ”Aji langsung pulang, jangan begadang, jaga tubuh mu dan jangan ngebut, hati hati ya. Sebelum tidur berDoa dulu, ALLAH pasti menolongmu.“ Jawab Aji, “maaf sudah mengganggu waktu mu sahabatku, terima kasih untuk perhatianmu dna Doa mu.“ “Terima kasih Eri, kamu sobatku yang baik.”  Sambil ku pegang bahunya, ku katakan demikian, “mimpi indah ya malam ini, besok tidak terlambat ke bandara bersama mba Yanti.“ “Jika terjadi hal yang buruk dengan keluargaku, mungkin aku tidak kembali ke Jakarta, dan akan meninggalkan kampus. N,tah!” Langsung ku jawab, “Aji, buanglah semua pikiranmu yang negatif, nikmatilah malam ini, tidurlah dengan tenang.” Salam ku untuk Om Hendi dan Tante Mira serta Mba Yanti. ALLAH bersama keluarga mu.”  Lalu jawab Aji,  “:terima  kasih sahabat ku yang baik..”  “Ku pandangi bayang-bayang VW kodok si Aji perlahan meninggalkan rumah ku.

            Perlahan ku buka pintu gerbang, kemudan pintu utama dengan kunci duplikat yang ku bawa, agar penghuni rumah tidak terganggu. Mama yang sering terbangun dan membukakan pintu jika diantara kami  pulang larut malam. Sangat besar cinta kasihmu mama untuk kami keluarga mu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun