Mohon tunggu...
Debby Anggraini
Debby Anggraini Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Moeldoko Cawapres Terbaik untuk Jokowi

6 Agustus 2018   18:54 Diperbarui: 6 Agustus 2018   19:14 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/akunketansusu/

 

"Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih dari yang orang lain lihat, yang melihat lebih jauh daripada yang orang lain lihat dan yang melihat sebelum orang lain melihat." -- Leroy Eimes, penulis dan pakar kepemimpinan

 

Membaca ungkapan kata bijak diatas, kita mengetahui bahwa pemimpin adalah sosok yang istimewa. Bekerja dalam diam, berbicara dengan tingkah laku, dan bisa menginspirasi setiap orang dari segala yang dilakukannya.

Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pada saat sekarang ini, mata kita akan langsung tertuju kepada perhelatan pilpres 2019 yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Pilpres merupakan ajang terbesar dalam skala politik di sebuah negara demi mendapatkan kekuasaan dan legitimasi dari sebuah struktut politik.

Melihat konstelasi politik di Indonesia sekarang, ingatan kita dihadapkan kepada beberapa tokoh yang digadang-gadang siap maju menjadi capres dan cawapres 2019-2024. Jokowi sebagai petahana sudah dipastikan maju untuk periode kedua dan diusung 6 partai politik serta didukung oleh 3 partai politik.

Siapa calon lawannya? Ini yang menarik. Karena pertarungan pilpres 2014 tampaknya akan kembali terulang dengan majunya Prabowo Subianto sebagai calon presiden untuk kembali menantang Joko Widodo.

Namun, terlepas dari semua hal tersebut, justru pertarungan capres menjadi tidak menarik. Masyarakat lebih menunggu siapa yang menjadi cawapres dari masing-masing kubu. Dibawah ini akan kita bahas hal tersebut secara lebih rinci.

Posisi cawapres begitu vital karena bukan hanya sebagai orang kedua di republik ini tetapi juga sebagai sosok yang dianggap bisa menyatukan berbagai elemen. Persoalan cawapres dari kalangan sipil ataupun militer menjadi perdebatan yang masih sangat kuat dan menjadi dasar pertimbangan partai koalisi untuk menghadapi ajang lima tahunan ini.

Petahana Joko Widodo disebut-sebut sudah mengantongi 10 nama cawapres yang akan dibicarakan bersama partai koalisi. Belakangan dari 10 nama tersebut mengerucut menjadi dua nama saja yaitu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Sementara itu dari kubu oposisi dengan merapatnya Partai Demokrat, membuat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sepertinya akan berpasangan dengan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat  Agus H. Yudoyono (AHY), calon alternatif lain yang sedang dibicarakan adalah nama-nama seperti Salim Segaf dan Abdul Somad.

Kembali ke persoalan yang saya bahas tadi tentang kultur sipil dan militer dalam konteks kepemimpinan di negeri ini. Jokowi adalah calon presiden dari sipil sedangkan Prabowo punya latar belakang militer. Maka cawapres menjadi pertaruhan antara sipil dan militer juga.

Dengan besarnya kemungkinan Prabowo untuk menggandeng AHY, maka hal ini akan mempengaruhi keputusan Jokowi memilih Moeldoko yang juga berlatar belakang militer dan membuat peluang Moeldoko dipilih sebagai cawapres Jokowi lebih besar ketimbang Mahfud. Ditambah dengan fakta sejarah bahwa Mahfud MD dulu adalah juru bicaranya Prabowo ketika menjadi capres 2014 akan membuat partai koalisi berpikir panjang dengan kenyataan tersebut.

Pertimbangan Jokowi untuk memilih cawapres adalah soal kemampuan dan kompetensi memecahkan solusi untuk persoalan kesejahteraan, keamanan, persoalan intoleransi, radikalisme, dan sebagainya berdasarkan kemampuan pertahanan. Dari sisi tersebut menurut saya Moeldoko jauh lebih kuat dibandingkan Mahfud MD punya keunggulan di bidang hukum dan pengalaman menjadi ketua Mahkamah Konstitusi.

Persaingan figur berlatar belakang militer di bursa Pilpres 2019 menyedot perhatian banyak kalangan. Jika mengacu pada karir militer, Moeldoko juga lebih unggul dibandingkan pesaingnya, Prabowo Subianto dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Hal ini dikarenakan Moeldoko mengakhiri karir militernya sebagai jenderal bintang empat, dengan posisi akhir Panglima TNI. Prabowo, katanya, hanya jenderal bintang tiga dan jabatan terakhir sebagai Panglima Kostrad. Sedangkan AHY yang kabarnya sudah ditawari Jokowi menjadi Menteri PAN RB memutuskan mundur dari TNI pada 2016 lalu dengan pangkat terakhir sebagai mayor.

Selain itu, mantan Panglima TNI ini banyak memiliki keunggulan menjadi cawapres Jokowi, seperti diketahui, Moeldoko sekarang menjadi Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) yang aktif untuk membantu mewujudkan kesejahteraan petani dan misi swasembada pangan.

Keunggulan lain, Moeldoko selain menamatkan karir militer (ini yang tidak dilakukan oleh AHY dan Prabowo), beliau juga tidak terikat oleh parpol manapun yang nantinya tidak akan menimbulkan kecemburuan dari parpol koalisi ketika Jokowi memutuskan untuk menggandengnya.

Selain itu, Moeldoko memiliki kedekatan emosional dengan Jokowi. Moeldoko ditunjuk mewakili keluarga Jokowi untuk memberikan sambutan di resepsi pernikahan putri Jokowi, Kahiyang Ayu dengan Bobby Afif Nasution. Hal ini juga ditambah saat ini loyalitas beliau terhadap presiden dia buktikan dengan KSP.

Dengan berbagai penjelasan diatas, saya secara pribadi melihat kemungkinan duet Jokowi -- Moeldoko vs Prabowo -- AHY akan menjadi kenyataan dalam pertarungan pilpres 2019.

Semoga terwujud dan keputusan tersebut akan kita ketahui beberapa hari kedepan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun