Mohon tunggu...
Arif Sambodin
Arif Sambodin Mohon Tunggu... Insinyur - Jangan membenarkan Kebiasaan, biasakanlah bekerja dengan benar.

berusaha menghadirkan yang haq agar yang bathil musnah dengan menggemerincingkan kepingan dinar dirham di tanah borneo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan kepada Kaum Muslim

23 Desember 2019   12:57 Diperbarui: 23 Desember 2019   12:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Semesta itu seluruhnya gulita. Ia hanya akan diterangi oleh wujud Allah. Siapa yang melihat semesta, namun tidak melihatNya di sana atau tidak melihatNya ketika, sebelum atau sesudah melihat semesta, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya -- cahaya lain dan terhalang dari surya makrifat karena tertutup tebalnya awan dunia. ~ Ibnu Atha 'Illah al Iskandari~ dikutip dari buku Pola Pertolongan Allah karangan Rezha Rendy.

Saat ini banyak sekali yang mengaku diri seorang muslim namun tanpa disadari dirinya melupakan bahwa kehadiran Allah itu ada. Kenapa hal ini bisa terjadi? Contoh saja, misalkan diri saya sewaktu masih sekolah di Madrasah Tsanawiyah di kota Samarinda ketika saya mengikuti ujian praktek shalat, saya melakukan shalat prakteknya dengan penuh sadar sungguh sungguh, bukan sekedar gerak gerikan saja akan tetapi berupaya untuk mendirikan shalat dengan membaca dan menghayati setiap bacaan shalat, kenapa seperti itu bisa terjadi? Salah satu alasannya sewaktu itu saya diperhatikan oleh guru Fiqh saya agar saya bisa mendapatkan nilai terbaik dalam ujian praktek shalat.

Analogi yang saya paparkan di atas adalah analogi yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Saya mencoba menghubungkan analogi di atas dengan statement berikut:

"Kecerdasan/ Kepintaran itu lahir atas kepentingan.

Ilmu/ science juga lahir atas kepentingan.

Pengetahuan lahir atas kebutuhan.

Sedangkan cara berfikir Islam yang diwariskan oleh Nabiyullah wa Ar Rasulullah Muhammad," induk/ ibu pengetahuan adalah Kesadaran.

Saat ini saya boleh dong berargumentasi bahwa setiap langkah umat islam saat ini lahir atas dasar kepentingan dan kebutuhan, dan sering kali lupa bahwa langkah harus disadari atau penuh kesadaran bahwa Allah melihat setiap hati di dalam diri manusia.

Banyak sekali terlupakan bahwa kepentingan dan kebutuhanlah yang membuat umat islam saat ini mengejar cahaya semu, padahal cahaya makrifat Allah itu lebih utama. Jika saja saya shalat dulu hanya mau mendapatkan nilai bagus, guru saya memberikan nilai bagus karena saya mendirikan dan mempraktekan shalat. Kenapa Allah tidak memberikan nilai bagus dan paling bagus buat hambaNya, karena berupaya menghadirkan Allah setiap pengambil keputusan bersosialisasi dengan masyarakat paguyuban ataupun masyarakat patembayan.

Menurut buku Restorasi Islam, Shaykh Dr Abdalqadir as Sufi mengatakan bahwa Restorasi bermakna "Pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula". Upaya restorasi, tentu saja, hanya akan dapat dilakukan bila kita memahami akar masalah penyebab runtuhnya realitas ekistensial Islam itu. Maksud dari buku ini salah satunya yakni, berpegah teguhlah pada tali tali agama Allah dengan bertauhid terlebih dahulu, kemudian beradab. Ilmu dan Amal menyertai berikutnya. Saat ini bukankah Allah itu tuhan kita yang sama, dan Nabi Muhammad merupakan nabi kita. Saat ini kebanyakan umat islam masih mementingkan kelompok atau golongan tertentu untuk memperturutkan keinginan hawa nafsunya. Yang seharusnya mengharapkan semata mata ridha Allah. Kepentingan kepentingan yang dilakukan oleh umat Islam saat ini merupakan salah satu cahaya semu, yang seharusnya kesadaran akan penilian sepenuhnya karena Allah membuat diri ini merupakan rahmat semesta alam.

Menurut buku The Book of 'Amal karangan Shayk Dr Abdalqadir as Sufi, mentelaah ayat 10 pada surat Al Kahfi yaitu diindikasikan bahwa mereka memohon pengetahuan langsung dari Allah -- Rahmat -- di sini diperlihatkan sebagai pondasi pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun