Sebagai wanita, kecenderungan saya dalam memanfaatkan media online adalah untuk mencari informasi dan hiburan seputar dunia wanita, mengoleksi berbagai hal tentang kewanitaan dan seluk beluknya, bahkan “mencari” pembenaran dan pembelaan diri sebagai wanita dalam tiap-tiap artikelnya. Kalau mau jujur sih, ego sebagai wanita adalah ingin selalu dimengerti, khususnya oleh kaum pria. Maka, banyak hal seputar dunia wanita yang dikonsumsi adalah untuk menjadikan diri ini sebagai “sosok” yang valuable di mata pria.
Nah, saat iseng merenung (merenung kok iseng ya? ), saya sempat berandai-andai, andai saya itu pria, sebetulnya apa sih yang akan saya pikirkan dan harapkan dari pasangan saya? Sikap yang bagaimana yang disukai pasangan saya? Dan apakah yang sudah saya lakukan itu akan bisa diterima pasangan? Atau malah jadi sumber pertengkaran? Susah memang, karena tidak menjiwai karakter sebagai pria, ya otomatis yang tercipta adalah sifat ego (kembali) sebagai wanita yang muncul.
Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang selalu ingin menjadi matahari. Kisah yang membuat saya kagum akan sikap seorang pria yang memiliki keagungan cinta dan kesetiaan, serta penuh pengorbanan. Dari sini saya belajar menjiwai karakter seorang pria yang penuh kesungguhan.
Suatu saat sang wanita menyatakan tentang cinta dan harapannya, bahwa ia ingin menjadi bunga terindah di dunia. Ia bertanya pada sang pria apa yang menjadi harapannya. Sang pria berkata ingin menjadi matahari. Dalam hatinya, sang wanita bertanya-tanya mengapa matahari, dan bukan menjadi kupu-kupu agar bisa terus menemani bunga.
Wanita itu kemudian berkata lagi bahwa ia ingin menjadi rembulan. Sang pria masih pada keinginanya untuk menjadi matahari. Tentu hal ini membuat bingung sang wanita, karena bagaimana pun, matahari dan rembulan tidak akan pernah bisa bertemu.
Sekali lagi, wanita itu mengatakan keinginannya lagi, bahwa ia ingin menjadi burung Phoenix yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari. Dan untuk kali ini pula sang pria mengatakan keinginannya untuk selalu menjadi matahari.
Sang wanita itu tersenyum pahit dan kecewa. Harapan dan keinginannya sudah berubah 3 kali namun sang pria tetap keras kepala ingin menjadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama sang wanita. Karena kecewa, sang wanita itu pun pergi dan tak pernah kembali lagi tanpa pernah tahu alasannya mengapa sang pria ingin tetap menjadi matahari.
Sang pria ini merenung sendiri, sambil menatap matahari. Ada segaris kesedihan dalam hatinya manakala menyadari bahwa wanita yang diharapkannya pergi tanpa mau mengerti alasan yang dipilihnya.
Baginya, saat sang wanita mengatakan ingin menjadi bunga, maka ia ingin menjadi matahari agar bunga terus hidup. Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik. Meskipun matahari tahu bahwa ia hanya dapat memandang dari jauh, dan pada akhirnya kupu-kupu yang akan menari bersama bunga. Inilah kasih, yang memberi tanpa pamrih.
Lalu, ketika sang wanita ingin menjadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, ia tetap selalu ingin menjadi matahari. Ia mau agar Phoenix bebas untuk pergi kapanpun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya. Matahari rela melepaskan Phoenix untuk pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang membara di hatinya hanya untuk Phoenix. [caption id="attachment_199881" align="aligncenter" width="255" caption="Anggaplah burung Phoenix ^_^"]
Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cintanya. Inilah yang disebut dengan kesetiaan. Meskipun ditinggal pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan. Ia tidak pernah menyesal menjadi matahari.
Membaca kisah di atas, tentu hal yang bisa kita pahami adalah bahwa seorang pria sejati rela menjadi “matahari” bagi wanitanya. Sisi positif yang bisa diambil adalah bagaimana kita menilai seorang pria dalam mengambil sikap. Terkadang kita tidak mengetahuinya sampai sesuatu harus terjadi dan kita menyadarinya namun dipenuhi penyesalan.
Nah, kok ada penyesalannya? Bagaimana dong agar kita bisa mengeliminir buah penyesalan yang bakal hadir itu? Hm hm hm ... saya sendiri masih perlu banyak belajar sepertinya.
‘Belajar untuk memahami perbedaan dan berani menerima perbedaan dalam hidup. Pahami dan usahakan apa yang menjadi kebutuhan mendasar dari pasangan hidup kita’ ... Inilah yang (ternyata) menjadi kunci dari indahnya suatu hubungan.
Untuk penyeimbang, bahwa pria dan wanita diciptakan sama namun berbeda, kita perlu memahami kebutuhan mendasar dari setiap pasangan. Kebutuhan mendasar itu adalah:
• Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan. • Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan. • Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan. • Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman. • Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan. • Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan.
Sebagai wanita, kebutuhan dasar ini merupakan informasi yang berharga buat saya, bahwa saya tidak boleh egois, bahwa saya juga harus bisa melihat sisi lain seorang pria. Tapi tentunya sangat diharapkan juga kalau sang pria adalah pria sejati, yang mengerti bagaimana menghargai wanita. Iya kan? (ego sebagai wanita tetap muncul hihihi)
***
#Tulisan ini dipersembahkan untuk seorang pria sejati, yang mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan sesamanya#
*** Ini hasil kolaborasi pria dan wanita juga, dalam rangka menyemarakkan WPC Kolaborasi. Disiapkan oleh Deasy dan Arif Subagor
Untuk melihat hasil kolaborasi lainnya, sila klik di sini.
*diolah dari berbagai sumber