Mohon tunggu...
Dea Romadhoni
Dea Romadhoni Mohon Tunggu... Atlet - perempuan

dea romadhoni mahasisiwa stai al anwar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Petuah untuk Terus Meniti Setapak

13 Februari 2020   15:52 Diperbarui: 13 Februari 2020   16:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Musim kelulusan tiba,nilai menjadi prioritas pertama bagi para pelajar, Ijazah di nanti-nanti oleh mereka yang  telah berhasil nemepuh ujian. Padahal sebenarnya bukan hanya ijazah yang hanya dinanti-nanti oleh lapisan masyarakat umumnya tetapi yang sebenyarnya paling di nanti adalah jasa mereka untuk negeri yang kaya ini.

Di bawah rindangnya pohon asam jawa, mataku memandang sejauh-jauhnya pandangan memutar menikmati setiap sudut keindahan permadani hijau yang membentang, pikiranku pun juga tak mau kalah, dengan mencoba menerawang jauh ke masa-masa bangku sekolah yang begitu indah dengan sumeringah kawan-kawan dan gelegar suara para guru yang membara demi anak didiknya. Pikiranku pun tertahan pada salah satu sudut kelas dimana aku duduk, di kelas itulah aku dan teman-teman mendengarkan dengan saksama tutur kata salah satu guruku saat ujian akan dimulai beberapa hari sebelumnya,

" Anak-anak kalian tau apa sebenanya yang terpenting ketika kita nanti telah lulus ? "

Tak perlu menunggu jawaban dari murid-murid beliau segera melanjutkan ucapanya

" Begini anak-anak dulu ketika saya masih sekolah saya pernah di beri wejangan oleh guru saya, bahwa sebenarnya kelulusan itu bukan hanya sekedar ijazah yang penting, tapi apa ?, jasa, jasalah yang sebenarnya terpenting di dalam masyarakat nanti jasa yang mulia yang mengutamakan sifat-sifat khusnul khuluq yakni akhlakul karimah, jadi anak-anak saya berpesan pada kalian ketika nanti kalian telah lulus dari sini saya harapkalian dapat memberikan jasa dan tetap mempunyai akhlak yang baik." Tutur beliau ketika dikelas . aku pun juga teringat tutur kata beliau lagi dihari yang berbeda.

" Anak-anakku semua saya harap kalian tidak berhenti sampai disini saja untuk menggali dan menuntut ilmu, tapi kapanpun dan dimanapun kalian harus tetap belajar dan juga mengamal ilmu kalian karena sebenarnya waktu untuk belajar kalian itu masih panjang dari panjangnya jalan, umur kalian takkan pernah cukup untuk mempelajari ilmu-ilmu yang begitu luas."

Tutur kata itu selalu menjadikan ku untuk bangkit dan bangkit disetiap masa sulit ku seperti saat ini, dimana aku yang saat ini masih dilema tentang urusan kuliah yang lagi-lagi pasti akan berbenturan dengan bapak dan ibu yang hanya berpenghasilan pas-pasan.

Meskipun mereka tetap mendukungku kemanapun aku melangkah setelaah lulus dari SMA selama itu ntuk kemajuan ilmuku, tapi aku sebagai anak pertama yang mempunyai  4 adik yang masih duduk dibangku SD dan SMP aku tetap merasa tidak enak pada mereka, aku juga teringat beberapa hari yang lalu bapak sampai menjual satu hewan ternaknya yang biasa disebut orang-orang dengan rojo koyo.

Angin yang sepoi-sepoi masih terus  berusaha menggelitik wajahku namun suatu suara yang parau memanggil-manggil aku hingga menyadarkanku dari lamunan yang lumayan panjang.

" Ratna.... na... ndukkk heiiii sini bantu ibuk, katanya ikut ibu kesini mau bantu ibu kok malah ngelamun aja dari tadi, kenapa kamu itu ?" kata ibu, yang masih tetap asyik memilah-milah jeraminya

" ehehheheh...... iya buk maafin ratna ya buk, ratna nggak ngelamun kok tadi ratna cuma terpesona aja sama alam ini buk indaaahh sekali." Kataku menutupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun