Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tupperware dan Politik Kehidupan

22 April 2025   09:06 Diperbarui: 22 April 2025   09:06 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di setiap rumah, Tupperware menjadi simbol kecil ketahanan. Ia bertahan menghadapi waktu, tak tergerus oleh panas, dingin, atau gelombang mikro. Ia adalah penjaga nasi sisa, pembawa bekal harapan, dan pelindung kerupuk dari kelembapan dunia.  

Namun, di balik tutup rapatnya, Tupperware menyimpan kisah politis yang tak kalah menarik. Dalam politik rumah tangga, ia sering menjadi alat tawar-menawar. "Kalau kamu mau bawa lauk ini, jangan lupa balikin Tupperware-nya, ya!" Sebuah peringatan yang lebih tegas daripada aturan UU.  

Tupperware juga mengajarkan kita tentang integritas. Siapa yang tak pernah kehilangan Tupperware di tangan kerabat atau teman, yang kemudian pura-pura lupa? Seperti janji politisi saat kampanye, Tupperware sering kali tak kembali.  

Dan lihatlah, di ruang-ruang kerja dan sekolah, Tupperware menjadi simbol kelas sosial. Ada yang bangga membawa bekal dengan Tupperware asli, ada pula yang puas dengan merek "KW super". Semua ini, kecil tapi penuh ironi, adalah cerminan politik ekonomi kehidupan.  

Tupperware mengingatkan kita: dalam menjaga apa yang penting, tak hanya soal tutup yang rapat, tapi juga soal kejujuran dan tanggung jawab. Karena seperti dalam politik, dalam urusan dapur, kepercayaan adalah segalanya. Jadi, kalau kau meminjam Tupperware, kembalikanlah. Jangan sampai dunia tahu, kau tak lebih baik dari politisi nakal.

Namun kini, kabar tentang tutupnya pabrik Tupperware menyentuh hati seperti kisah pilu di ujung novel. Bayangkan, ikon kepercayaan ini harus menyerah pada tekanan zaman. Tutupnya pabrik Tupperware adalah ironi besar. Produk yang dirancang untuk menjaga isi, justru tak mampu menjaga eksistensinya. Ini seperti politisi yang pernah berjaya, tapi tersingkir karena gagal beradaptasi dengan kebutuhan rakyat. Sebuah pengingat pahit bahwa bahkan yang terkuat sekalipun, tanpa inovasi dan dukungan, bisa kehilangan tempat di dunia yang terus berubah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun