Ukraina menempati peringkat 122 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Posisi itu menempatkan Ukraina sebagai negara paling korup kedua di Eropa, setelah Rusia. Kalau ada yang penasaran, negara kita menempati peringkat ke-96.Â
Kata orang biar bisa berputar roda perlu dilumasi. Persepsi itu salah ditanggapi oleh para koruptor. Jadi biar segala sesuatu sesuatu bisa berjalan kita harus memberi pelicin. Prakteknya yah para oligarki atau penguasa kekuasaan harus disuap dengan uang pelicin.
Hal yang sama terjadi dengan senjata. Dalam kasus ini, korupsi melahap bantuan militer barat ke Ukraina. Jadinya tentara Ukraina hanya mendapatkan sekitar 30 persen dari yang dikirimkan kepada mereka. Bagaimana dengan sisanya?
Bantuan senjata dari barat merupakan senjata mematikan terkemuka, ke mana tepatnya senjata-senjata itu menghilang?
Pejabat Eropa mengatakan beberapa senjata mendarat ke kelompok kejahatan terorganisir. Rusia percaya senjata-senjata tersebut bisa berakhir di Timur Tengah.
Apapun skenarionya, tidak ada satupun yang baik bagi dunia. Yang membawa kita ke pertanyaan lain di mana pengawasannya? Tampaknya tidak ada.Â
Penasehat Krisis Senior Amnesti Internasional Donatella Rovera berkomentar kepada CBS News, "apa yang benar-benar mengkhawatirkan adalah bahwa beberapa negara yang mengirim  senjata tampaknya tidak berpikir kalau itu adalah tanggung jawab mereka untuk menerapkan mekanisme pengawasan yang sangat ketat."
Kata Ukraina, mereka melacak ulang semua senjata tetapi sejujurnya hal itu sangat tidak mungkin. Melacak Lusinan pengiriman saat berperang tidaklah mudah.
Opsi yang lebih baik adalah barat melacak pengiriman. Pastikan senjata-senjata tersebut tiba ke tempatnya.
Setelah lima bulan perang akhirnya AS tampak serius dengan pengawasan bantuan keamanannya. Atase pertahanan AS mendarat di Kiev awal bulan ini. Tugasnya adalah untuk memantau dan mengendalikan senjata.Â