Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

QUAD Luncurkan Sistem Pengawasan Maritim Berbasis Satelit, Beijing Respon dengan Pakta Cina-Kepulauan Pasifik

28 Mei 2022   22:16 Diperbarui: 30 Mei 2022   19:15 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Luar Negeri China Wang Yi (kanan) dan Menlu Kepulauan Solomon, berbincang-bincang dalam upacara merayakan hubungan diplomatik antara China dan Kepulauan Solomon di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, China, 21 September 2019. (AP/MARK SCHIEFELBEIN via kompas.id)

Cina menyebut perjanjian ini visi dengan nama Common Development Vision (Rencana Pembangunan Bersama). Pembangunan bersama ini merupakan rencana lima tahun (semacam RPJM kali yah). Pertanyaannya adalah pembangunan siapa yang Cina bicarakan? Katanya sih pembangunan Pasifik.

"Cina telah lama bersikeras memberikan bantuan ekonomi dan teknis ke negara-negara kepulauan tanpa ikatan politik apapun," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin melalui siaran pers Kementerian Luar Negeri.

Mari kita cermati, 10 negara yang ditargetkan oleh Cina ini bukanlah negara maju. Jadi Cina mencoba memikat mereka menggunakan buku cek. 

Dalam proposal perjanjian, Cina menjanjikan bantuan terkait masalah perubahan iklim, bantuan medis sebesar dua juta dolar untuk melawan Covid-19. Ada juga janji untuk 200 tenaga medis, 2.500 beasiswa pemerintah, dan 10 rombongan pelaku seni dan budaya.

Semua bantuan ini harus saya katakan hanyalah samaran dari niat utama Cina untuk menguasai kawasan Indo-Pasifik. Karena untuk semua bantuan itu, negara-negara kepulauan Pasifik harus setuju rencana Cina untuk mengirim pasukan ke sana dan mendirikan pangkalan maritim. 

Cukup menarik, perjanjian itu ditulis seperti komunike bersama yang berarti Cina telah berasumsi bahwa negara-negara kepulauan Pasifik akan menerimanya kata demi kata.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi, tengah, dikawal dari pesawatnya setibanya di Honiara, Kepulauan Solomon, Kamis pagi, 26 Mei 2022. (AP via Time)
Menteri Luar Negeri China Wang Yi, tengah, dikawal dari pesawatnya setibanya di Honiara, Kepulauan Solomon, Kamis pagi, 26 Mei 2022. (AP via Time)

Kemarin Wang Yi berada di Pulau Solomon. Selama beberapa hari ke depan beliau akan mengunjungi setidaknya tujuh negara, juga mengadakan pertemuan virtual dengan Menteri Luar Negeri dari tiga negara lain dan perhentian terakhirnya adalah Fiji. Jadi Cina bertujuan untuk menerbitkan komunike bersama di sana (Fiji).

Anggota QUAD Australia waspada karena semua ini terjadi di halaman belakang Australia. Canberra menanggapi dengan mengirimkan menteri luar negerinya sendiri Anthony Albanese ke Fiji. Berikut saya kutip kata Albanese kepada stasiun televisi ABC.

"Kami tahu bahwa ini telah terjadi selama beberapa waktu, kecenderungan maju Cina ke wilayah itu adalah topik diskusi di antara para pemimpin AS, Jepang, India dan (punya) saya sendiri dan kami perlu menanggapi ini. Kami tahu bahwa (rencana Cina) ini sudah dibangun selama beberapa waktu."

Ada juga perlawanan dari dalam kawasan Pasifik itu sendiri. Negara tersebut adalah Mikronesia yang merupakan sebuah negara pulau kecil bagi 150.000 orang. 

Presidennya David W. Panuelo telah menulis surat kepada 21 pemimpin Pasifik. Beliau memperingatkan bahwa Cina mencoba "memperoleh akses dan kendali atas wilayah kami". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun