Mohon tunggu...
Dean Ardeanto
Dean Ardeanto Mohon Tunggu... Seniman - Atlet gundu profesional

Manusia biasa yang hobi menulis. Suka kentut sambil tiarap.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Melawan Bau

17 Juni 2022   18:57 Diperbarui: 17 Juni 2022   19:09 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

INI adalah pengalaman gue pribadi dalam mengendus bau paling mematikan sepanjang hidup. Di sela-sela hidup gue, sekiranya sudah empat kali gue mencium bau yang gue anggap bisa untuk membuat orang mati kejang-kejang di lantai.

Pengalaman pertama gue mencium bau paling nggak enak, datang ketika gue duduk di bangku kelas 6 SD. Waktu itu jam pelajaran sedang berlangsung. Semua murid fokus kepada guru yang menjelaskan. Bersamaan dengan itu, muncul sebuah malapetaka. Tiba-tiba saja hidung gue mencium bau kentut yang teramat dahsyat. Dan hal itu pun juga disadari teman-teman sekelas. Sang guru (yang tentu saja punya hidung) juga menyadari bau kentut tersebut. Dia menghentikan proses belajar, kemudian bertanya dengan lantang, "KENTUT SIAPA INI?"

Semua anak diam. Beberapa terlihat saling menyalahkan. Sementara beberapa lainnya beranggapan kalau si pelaku kentut adalah orang yang nggak pernah makan enak. Agak aneh juga gue pikir, menilai bau kentut dari sesuatu yang kita makan. Siapapun juga tahu, mau makan seenak apapun, bau kentut tetaplah busuk.

Nggak tahu mau menyalahkan siapa, sang guru pun memutuskan untuk mengutuknya saja. Dia bersumpah, siapapun yang kentut hari itu, mudah-mudahan pantatnya akan rapat serapat-rapatnya. Tindakan yang diambilnya mungkin lebih masuk akal dari pada harus menyuruh semua murid nungging, dan kemudian dia mengendus satu-persatu pantat murid demi untuk memecahkan misteri bau kentut tersebut. Hingga kini, bau kentut yang misterius itu, menjadi salah satu bau kentut paling mematikan sepanjang hidup.

***

PENGALAMAN mencium bau nggak enak kedua, datang ketika gue naik ojek online dari depan kantor kelurahan Rawabunga, menuju ke PGC (Pusat Grosir Cililitan). Waktu itu driver ojek online gue adalah seorang bapak-bapak berbadan gempal. Awalnya nggak ada yang aneh ketika gue meletakan pantat di atas jok. Semua terasa biasa saja.

Namun, semakin kencang motor melaju, dan semakin banyak angin yang terasa sepoi-sepoi, muncul bau aneh menyengat, yang mungkin dapat merontokan seluruh bulu hidung dalam sekali hirup. Nggak tahan dengan bau tersebut, gue pun nanya ke Bapak driver, "Ini bau apa, ya, Pak? Kok, nyengat banget?"

"Bau apa, Mas? tanya balik si driver. "Saya nggak nyium bau apa-apa."

"Masa, sih, Bapak nggak nyium? Ini nyengat banget, lho!"

"Sumpah, Mas, saya nggak nyium bau apa-apa."

Nggak lama sepeda motor yang gue tumpangi berhenti di lampu merah. Seketika bau yang sedari tadi menyengat, menjadi nggak terlalu menyengat. Masih ada, tapi nggak terlalu bau. Sampai akhirnya gue curiga kalau bau tersebut memang berasal dari si Bapak driver. Dan kecurigaan gue tertuju pada jaket yang dikenakan si Bapak. Dengan penuh rasa berani (dan penasaran), gue dekatkan hidung gue ke bagian belakang jaket si Bapak driver. Seketika itu, hanya sampai beberapa detik, bau asem bin apek langsung menyeruak masuk ke dalam hidung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun