Mohon tunggu...
Dean Ardeanto
Dean Ardeanto Mohon Tunggu... Seniman - Atlet gundu profesional

Manusia biasa yang hobi menulis. Suka kentut sambil tiarap.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Penyesalan

7 Desember 2021   19:57 Diperbarui: 7 Desember 2021   20:01 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

ADA banyak sekali cewek yang gue taksir, dari ketika masih bocah, remaja, hingga dewasa. Tetapi, di antara semua cewek-cewek yang gue taksir itu, yang paling gue ingat adalah pas SD.

Waktu itu cewek yang gue taksir adalah anak kelas lima, yang kehadirannya baru gue ngeh ketika gue duduk di bangku kelas enam. Kami bertemu di kantin ketika jam istirahat, yang saat itu sedang sama-sama membeli nasi goreng. Saat nggak sengaja melihat wajahnya, gue langsung memasang muka seperti layaknya cowok-cowok normal yang melihat cewek cantik. Yaitu: mangap.

Gue ingat betul bagaimana rupa si cewek ini. Rambutnya panjang, kulitnya putih, senyumnya manis, ditambah dengan bando kain berwarna biru, beraksen polkadot yang selalu ia pakai di kepalanya.

Setelah itu, setiap jam istirahat sekolah, gue jadi punya kebiasaan baru. Yaitu mandangin cewek yang gue suka ini diam-diam. Gue nggak pernah bilang pada siapa pun di kelas, kalau gue suka sama cewek di kelas lima. Hal itu karena gue takut sekelas pada heboh dan ngeledekin gue. Ujung-ujungnya yang ada nanti si cewek yang gue suka ini jadi tahu kalau gue suka sama dia. Mungkin yang selanjutnya akan terjadi adalah si cewek akan ilfeel, begitu tahu ada cowok yang bermuka pantat tapir, suka sama dia.

Kegiatan curi-curi pandang ini selalu gue lakukan di jam istirahat. Karena hanya pada saat itulah gue punya kesempatan untuk memandangi wajahnya. Dari itu pula, gue jadi tahu kalau si cewek yang gue taksir ini selalu ke kantin bertiga dengan dua orang temannya. Pernah sesekali gue sengaja duduk di sebelah meja si cewek yang gue taksir ini dengan temannya. Gue curi-curi pandang ke dia, sambil berusaha sebisa mungkin untuk nggak melakukan hal-hal mencolok, misalnya seperti ngupil pakai jempol kaki, bernapas di leher ibu kantin, atau pup di atas meja makan.

Suatu hari, karena nggak sanggup memendam perasaan ini cukup lama, gue curhat ke teman main dekat rumah yang sekolahnya berbeda dengan gue. Namanya Andi. Waktu itu kami berdua sedang main PS, di rental PS dekat rumah. Di sela-sela main PS, gue bilang ke Andi, "Gue lagi jatuh cinta, Ndi."

"Hah?" Andi kaget. Ekspresi wajahnya seolah berkata, "Malang sekali nasib si cewek itu. Bisa-bisanya dia disukai sama babi hutan."

"Kok, lo kaget gitu?" tanya gue ke Andi.

"Nggak apa-apa. Lo jatuh cinta sama siapa?"

"Ada, deh. Dia anak kelas lima gitu di sekolah gue."

"Namanya siapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun