Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Erick Thohir, Harapan Memupus Mimpi Buruk Sepakbola

1 Februari 2023   00:19 Diperbarui: 10 Februari 2023   15:44 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari situ kita melihat sepakbola adalah program estafet panjang dan berjenjang. Mengelola sepakbola haruslah dengan visi yang jauh ke depan. Itu tidak bisa dijalankan dengan program abal-abal yang sekedar jalan.

Dan untuk itu sangat tidak murah. Kita membaca bagaimana Carlos Rexach, mantan presiden Barca, berani "berjudi" membiayai seorang Messi. Selain pendidikannya di La Masia, juga biaya pengobatan untuk defisiensi hormon pertumbuhan, yang nilainya selangit. Tetapi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seorang pemain terbaik di dunia sebanding dengan hasil yang didapat.

Dibanding membina pemain muda, kebiasaan mencatut "pemain asing" untuk dinaturalisasi dengan dalih menangkat sepakbola nasional adalah bukti paling otentik kegagalan PSSI. Padahal pembinaan sepakbola usia dini hanya salah satu pekerjaan rumah bagi PSSI, selain pertanggungjawabannya atas kematian ratusan jiwa tentunya.

Angin Perubahan PSSI

Tahun ini, ketika pemilihan ketua umum PSSI digelar, berakhirnya mimpi buruk sepakbola Indonesia seolah terbuka. PSSI diharapkan memiliki ketua umum baru yang mampu membawa perubahan.

Satu hal yang pasti, siapa pun yang terpilih sebagai ketua umum PSSI semestinya sosok yang memiliki kemampuan untuk mengelola dan memberi solusi atas permasalahan multi kompleks. Bukan sekedar tokoh yang memahami bagaimana sepakbola dimainkan, melainkan seorang yang memiliki pandangan melewati horizon sepakbola sebagai olahraga semata. Sepakbola sebagai industri, bisnis, kebanggaan bangsa, kesehatan fisik dan mental masyarakat, bahkan sepakbola sebagai peradaban.

Selain kemampuannya untuk membentuk manajemen strategis, ketua PSSI juga diharapkan dapat membawa individu kompeten ke dalam tim utama, yang menjadi think tank PSSI.  Mau dibawa ke mana PSSI dan sepakbola Indonesia? Bagaimana langkah-langkah dan caranya? Hanya mereka yang memiliki kompetensi dan visi yang bisa melakukannya.

Hal yang tidak boleh dilupakan adalah koneksi ke daratan eropa. Koneksi untuk membuat jalur rekrutmen pemain muda Indonesia berbakat menuju kiblat sepakbola bukan perkara remeh.

Akan sia-sia ketika para pencari bakat menemukan bakat cemerlang, satu di antara 30 juta anak Indonesia. Setelah dipoles menjadi pemain yang mampu berkompetisi di level tertinggi, mereka tidak pernah menaiki anak tangga untuk bersinar di puncak karena tidak punya koneksi. Lalu hanya berakhir menjadi bintang lokal di Liga Indonesia.

Percayalah, timnas yang hanya diisi jago kandang dari liga yang kompetisinya rendah tidak akan membuat prestasi dunia. Tim-tim dari asia dan afrika yang berlaga di kancah piala dunia, selain diisi oleh bintang lokalnya juga mengandalkan pemain yang merasakan ketatnya kompetisi di eropa.

Yang terpenting sebagai ketua PSSI, tidak menjadikan PSSI sebagai panggung untuk pribadinya atau kelompok. Sehingga ketua PSSI bukan sekedar butuh pengalaman yang luas, atau kapabilitas mengelola industri olahraga. Melainkan juga kecintaan dan komitmen mendalam kepada dunia olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun