Kitab suci juga menerangkan langkah antisipasi Nabi Yusuf tidak hanya menjadi solusi jitu dalam mengatasi ancaman kelaparan di Mesir. Selama 7 tahun musim kemarau, Mesir mampu membantu wilayah terdampak paceklik di sekitarnya. Bantuan Mesir pula yang menjadi sebab pertemuan Nabi Yusuf dengan ayah dan saudara-saudaranya, setelah sekian lama terpisah.
"Pelajarannya: meskipun kita menghadapi tantangan, jangan egois di era krisis. Justru sebaliknya, ini kesempatan untuk berbagi dan saling membantu." Tambah kawan saya, meyakinkan.
Kenyataannya pada kondisi krisis tidak setiap orang mengalami kesulitan. Beberapa malahan mendapat berkah. Beberapa lainnya melihat peluang. Istri kawan saya kebetulan pandai menjahit dan biasa menjual pakaian secara online. Pada saat awal pandemi, dia berinisiatif membuat masker kain karena banyak yang menanyakan. "Istriku tidak mengambil untung banyak. Mungkin karena harganya murah juga kali ya, jadi pesanannya malah membludak. Hasilnya lebih dari lumayan." Katanya, terbahak.
Memang, meskipun beberapa ekonomi sektor terpukul. Di era pandemi penjualan daring mengalami peningkatan pesat. Data kominfo menyebutkan di era pandemi transaksi penjualan online meningkat 400%. Dari situ kawan saya berpendapat, era pandemi justru membuka peluang usaha dan investasi. Memang butuh nyali, tapi dia yakin akan menghasilkan selama investasi tersebut dilakukan secara tepat. Seperti Nabi Yusuf yang menyimpan Gandum dengan tangkainya, agar pada saatnya Gandum  tetap dapat ditanam menjadi benih yang menghasilkan.
"Yang paling utama, percayalah badai pasti berlalu. Kalau sekarang kita mengalami krisis, satu atau dua tahun belumlah apa-apa. Ingat, zaman Nabi Yusuf krisisnya 7 tahun. Kekurangan pangan dan kekurangan air. Sekarang kita cuma harus bertahan mengelola keuangan. Jangan putus asa, semua pasti berlalu." Katanya , dengan petuah bijaknya.
Tidak terasa hari sudah gelap, ketika kawan saya menutup diskusi. Saya pun pamit, membawa oleh-oleh berharga dari obrolan kami.
Bogor, 15 Juni 2020
Bahan Bacaan