Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Napak Tilas Nabi Yusuf, Bijak Berperilaku di Saat Krisis

15 Juni 2020   06:36 Diperbarui: 15 Juni 2020   06:55 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun bertolakbelakang tujuannya sama, yaitu tercapainya Stabilitas Sistem Keuangan (SSK). Supaya nilai Rupiah terhadap nilai barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, serta terhadap nilai mata uang asing, dapat terkendali. Supaya gerak ekonomi masyarakat dan perusahaan tidak terganggu, akibat fluktuasi nilai mata uang yang terlampau tajam.

Kebisingan kedua marak ketika negara menghadapi tantangan ekonomi, seperti yang terjadi saat ini. Isu berlebihan mengenai melemahnya nilai Rupiah terhadap US Dollar, ancaman resesi ekonomi berkepanjangan, hoax, hingga ungkapan frustasi sebagian orang akibat kesulitan ekonomi, bertebaran di jejaring sosial. Sifatnya menakut-nakuti, menimbulkan kepanikan, atau menyulut anarki.

"Di tempat kerjaku, malah ada oknum yang mengajak demo ke perusahaan. Mau protes karena gaji kami dibayar separuh saat PSBB." Dia menghela nafas sebelum melanjutkan.

" Mungkin sebetulnya yang tidak setuju ajakan itu banyak. Tapi cuma aku yang lantang menentang. Masih bagus saat perusahaan tidak ada pemasukan, gaji kami tetap dibayar. Kondisinya sama di tempat lain, bahkan seluruh dunia. Ga kena PHK saja sudah untung."

Menurutnya, kita harus selalu siaga untuk kemungkinan terburuk tapi penting untuk tetap bersikap positif. Hal-hal negatif semacam itu jangan menjadi referensi yang mengganggu fokus kehidupan.

"Jangan panik karena membaca kabar negatif yang asal-usulnya tidak jelas. Apalagi melakukan aksi borong, menarik seluruh simpanan di bank, lalu menimbun barang, atau malah bertindak anarki. Enggak banget deh!"

Kawan saya berpendapat, setiap negara pasti memiliki upaya khusus menghadapi krisis. Seperti Mesir di era Nabi Yusuf. Di zaman modern tentunya tidak bisa dibayangkan menyajikan solusi krisis berdasarkan mimpi.

Kehidupan sosial makin kompleks. Kegiatan ekonomi kian rumit. Teknologi pun berkembang. Prediksi iklim ekonomi saat ini disajikan melalui data holistik, keilmuan, analisa, dan pertukaran informasi antar lembaga. Di Indonesia "amanah Nabi Yusuf" untuk melakukan riset, memprediksi, mencegah dan mengatasi ketika krisis tidak dapat dihindari, diemban oleh Komite SSK yang beranggotakan BI, Kemenkeu, OJK, dan LPS.

"Sebagai rumah tangga, kita nggak ditinggalin kok. Percayalah, mereka yang mengurus ekonomi negara kita tidak tinggal diam." Kawan saya betul, sebagai salah satu dari 4 komponen SSK, di samping Korporasi, Bank, dan Institusi Keuangan Non Bank, ketahanan sektor rumah tangga mendapat pengawasan intensif dari BI.

Prioritas utama bagi masyarakat di saat krisis adalah, terpenuhinya kebutuhan pokok, harga pangan stabil dan terjangkau. SSK merupakan kontrol agar kondisi ekonomi tidak merembet pada fluktuasi harga kebutuhan pokok. BI sendiri menjamin SSK di masa pandemi ini terjaga dengan baik.

Demikian halnya dengan dunia perbankan, yang menunjukkan masih sehat. Pada Rabu 10 Juni 2020 kemarin LPS melaporkan bahwa belum ada bank yang gagal bayar. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terulangnya krisis 1998.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun