Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Napak Tilas Nabi Yusuf, Bijak Berperilaku di Saat Krisis

15 Juni 2020   06:36 Diperbarui: 15 Juni 2020   06:55 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di samping berasuransi, sehari-harinya kawan saya selalu menyisihkan gaji untuk dana darurat. "Ga perlu besar, tapi rutin. Alokasiku sekitar 100-200 ribu, karena cuma mampu segitu. Tapi komitmen, disisihkan tiap bulan." Sarannya, seraya menghirup kopi.

Sengaja dia simpan di bank yang jauh dari rumahnya, tanpa fasilitas m-banking. "Biar susah diambil." Sambungnya terkekeh. Dana itu memang hanya digunakannya saat benar-benar sedang menghadapi kebutuhan mendesak.

gambar: kompas.com
gambar: kompas.com
Penyiapan dana di tataran negara, diatur oleh Bank Indonesia. Melalui kebijakan makroprudensial BI mengingatkan bank untuk selalu berhati-hati dan menyisihkan sebagian labanya. Berjaga-jaga, kalau mendadak badai ekonomi menerpa. Terbukti, wabah covid-19 tiba di Bumi Indonesia tanpa diduga-duga. Krisis kesehatan dengan kecepatan kilat merembet pada krisis ekonomi.

"Mengelola keuangan juga mesti fokus. Bayangkan, rakyat Mesir yang sudah hidup sejahtera masa itu, diminta untuk berhemat. Bukan perkara mudah untuk fokus, apalagi selama 7 tahun." Ia menegaskan.

Penerapannya kini, adalah fokus untuk mengelola keuangan. Dimulai dari menetapkan prioritas kebutuhan hidup dan kewajiban keuangan, sesuai dengan penghasilan. "Terlebih di era sekarang, banyak kebisingan yang mengganggu fokus." Ungkapnya melanjutkan.

"Apa yang kamu maksud dengan kebisingan?" Tanyaku penasaran.

Dalam pandangannya ada dua jenis atau gangguan, dalam mengelola keuangan. Pertama, kebisingan saat ekonomi sedang bagus. Gadget terbaru dengan teknologi terkini, promosi investasi rumah dengan uang muka 0%, atau beragam diskon menggunakan kartu kredit termasuk kategori ini. Banyak godaan untuk berbelanja dan mengajukan pinjaman.

"Jangan tergoda uang muka properti 0% tanpa menghitung kemampuan kita." Ungkapnya. Saya kenal dia memang disiplin, terutama saat membeli kebutuhan yang bernilai besar atau saat mengajukan kredit. Saat berinvestasi pun dia teliti dan penuh perhitungan. 

"Itu strategi marketing saja. BI justru mengatur agar rasio muka pinjaman dinaikkan saat ekonomi menanjak. Bahasa perbankan-nya menurunkan Loan To Value (LTV), yang bertujuan mengerem laju pertumbuhan pinjaman." Lanjutnya, menjelaskan bak seorang bankir.

Dalam mengatur pertumbuhan kredit, BI memang menerbitkan kebijakan yang bersifat countercyclical. Kebijakan makroprudensial BI mengerem laju pertumbuhan kredit ketika ekonomi sedang melaju. Sebaliknya ketika ekonomi macet, kebijakan makroprudensial BI menjadi pedal gas untuk mendorong pertumbuhan kredit.

gambar: suara merdeka
gambar: suara merdeka
Mei lalu misalnya, si tengah pandemi BI menjaga suku bunga acuan di angka 4,5%. Langkah ini ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yang diproyeksikan melambat menjadi 4,2-4,6% pada 2020 ini. Setelah tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun