Mohon tunggu...
Dea Monika Okta Tiara
Dea Monika Okta Tiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mari Mulai Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Merantau pada Suku Minangkabau

7 Maret 2021   10:20 Diperbarui: 7 Maret 2021   18:34 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Merantau merupakan pindahnya seseorang dari suatu daerah ke daerah lain, baik untuk mencari penghidupan ataupu untuk mencari pengalaman. Merantau berasal dari bahasa Indonesia, Melayu, dan Minangkabau yang yang diambil dari kata rantau. Merantau tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan mudah. Merantau adalah migrasi khusus yang berkonotasi budaya tersendiri.

 Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk pergi merantau, salah satunya yaitu faktor ekonomi. Orang yang pergi merantau memiliki harapan agar bisa mendapatkan kehidupan ekonomi yang lebih baik di rantau. Selain itu, banyak juga orang yang merantau karena faktor pendidikan. Mereka merantau dengan tujuan agar bisa meraih pendidikan yang lebih baik di tempat tujuannya. Faktor alam juga bisa menjadi alasan seseorang untuk merantau. Namun, pada suku Minangkabau merantau merupakan budaya yang sudah ada sejak lama dan sudah turun temurun.

 Suku Minangkabau adalah salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku Minangkabau berpusat di provinsi Sumatra Barat Indonesia. Suku minangkabu juga tersebar di Riau, Jambi, dan sebagian daerah Malaysia (Negri Sembilan).

 Budaya merantau pada suku Minangkabau merupakan keharusan bagi para pemuda. Merantau merupakan bentuk kedewasaan dan kemandirian bagi para pemuda suku Minangkabau. Pemuda yang belum menikah dan tidak mau merantau akan dianggap penakut dan menjadi omongan orang-orang disekitarnya. Hal ini akan membuat keluarga dan sanak saudara dari pemuda tersebut malu jika memiliki keluarga yang tidak mau merantau, sehingga ada dorongan dari keluarga yang memaksa pemuda tersebut untuk pergi merantau.

 Budaya merantau juga disebabkan karena adanya faktor sistem matrilineal yang dianut oleh suku Minangkabau. Sistem matrilinial ini mengatur pembagian hak waris atau harta warisan lebih banyak kepada perempuan, sehingga laki-laki hanya memdapatkan warisan dalam jumlah kecil. Hal ini juga merupakan faktor pendorong para pemuda suku Minangkabau untuk pergi merantau.

 Faktor ekonomi juga menjadi pendorong para pemuda suku Minangkabau untuk pergi merantau. Semakin bertambahnya penduduk, maka semakin kecil pula peluang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan para pemuda suku Minangkabau memilih pergi merantau untuk mencari pekerjaan di rantau. Biasanya laki-laki suku Minangkabau akan merasa malu jika tidak memilki pekerjaan. Laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan akan dianggap pemalas oleh suku Minangkabau. Maka dari itu, pemuda suku Minangkabau akan memilih pergi merantau untuk mencari pekerjaan.

 Faktor pendidikan juga merupakan faktor pendorong seseorang pergi merantau. Bagi suku Minagkabau penndidikan adalah suatu hal yang penting. Suku Minangkabau sangat menjunjung tinggi ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Keterbatasan pendidikan di daerah Minangkabau mendorong suku Minangkabau pergi merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi hingga keluar daerah Minagkabau.

 Banyaknya orang Minagkabau yang sukses di rantau menjadi salah satu motivasi bagi para pemuda suku Minagkabau untuk pergi merantau. Konsep merantau orang Minangkabau dengan suku yang ada di daerah lain sangat berbeda. Orang-orang yang merantau pada daerah lain biasanya disebabkan oleh faktor ekonomi. Suku Minangkabau memiliki banyak faktor yang mempengaruhi mereka untuk pergi merantau. Merantau tidak hanya untuk mendapatkan kehidupan ekonomi yang lebih baik atau mencari kekayaan saja. Tetapi merantau bagi suku Minagkabau adalah proses untuk menjadi dewasa, berani, menemukan jati diri, dan mencari pengalaman di daerah orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun