Mohon tunggu...
Chinintya Widia Astari
Chinintya Widia Astari Mohon Tunggu... Penulis - Pecandu Insight

Seorang pembaca dan penulis ulung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Adikku Hana (Cerita Pendek)

30 September 2020   20:38 Diperbarui: 30 September 2020   20:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi olahan pribadi penulis

Kami tidak pernah membahas kejadian di malam itu. Hanya terjadi sekali, di malam-malam setelahnya aku hanya mendengar lantunan lagu yang keras dari kamarnya. Aku mulai menanyakan kondisi adikku ke teman yang mengambil jurusan psikologi, mereka berpendapat mungkin perlakuan teman-teman adikku sudah keterlaluan dan meninggalkan ketakutan yang besar. 

Aku mulai melempar keberatan atas keinginan adikku agar aku tidak ikut campur secara langsung, tetapi aku mengikuti keinginannya. Setiap hari aku memutar otak agar bisa merebut kembali keadilan untuk adikku. 

Aku membuat e-mail baru untuk menjadi pengguna tersembunyi di sosial media. Aku mengikuti teman-teman Hana di Twitter dan Instagram. Jariku dengan lincah mengetik, mengirimkan pesan kepada mereka, mengingatkan buruknya perilaku bully. Sebagian besar dari mereka hanya menjawab dengan "hah?" atau bahkan hanya membaca pesanku.

Lama kelamaan pesanku mulai bernada marah dan menjatuhkan. Salah satu dari mereka yang paling aku benci bernama Shinta, ia terlihat jahat dan sering menyindir di sosial media.

Aku mulai terobsesi dengannya dan mencari tahu kehidupan pribadi Shinta secara mendalam. Aku mengumpulkan foto dan video Shinta yang terlihat memalukan. Aku edit dan aku cemooh, aku sebarkan di Instagram buatanku. 

Unggahan-unggahan itu mengundang cukup banyak perhatian Komentar di Instagramku penuh dengan pertanyaan dan dugaan siapa aku. Shinta yang tadinya hanya diam, mengirimkanku pesan. Ia memohon agar aku menghapus dan menutup akunku.

Aku selalu balas pesan Shinta dengan kata-kata "berhenti mempermainkan dan menertawakan orang lain". Aku menyebarkan teror yang sama ke teman-teman Hana lainnya, namun Shinta tetap menjadi perbincangan hangat di Instagramku. 

Hana tidak menceritakan kegaduhan itu, ia cuma sempat berkata bahwa ada akun yang menyerang teman-temannya dan membuat situasi sekolah memanas.

Berminggu-minggu kami tidak lagi membahas mengenai persoalan adikku di sekolah, ia sedang sibuk belajar untuk ujian kenaikan kelas dan bersiap pindah sekolah setelah akhirnya disetujui oleh ibu.

Aku merasa kami kembali berjarak, Hana tidak lagi bercerita dan aku sering melihatnya memberikan tatapan sinis kepadaku. Ia juga menghindar dariku, ia berkata tidak lagi bisa mempercayai siapapun. Hana pasti sedang kedatangan tamu bulanan. 

Cerita terakhir Hana kepadaku adalah tentang dua temannya yang pindah sekolah sebelum ujian mulai. Perlakuan Shinta dan teman-teman lainnya benar-benar memuakkan. Aku hanya diam, aku tidak lagi aktif di Instagram buatanku itu, aku rasa sudah cukup ketakutan yang ku berikan, toh sebentar lagi Hana akan pindah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun