Mohon tunggu...
Dede Prandana Putra
Dede Prandana Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Alumni HMI dan Kaum Muda Syarikat Islam | Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang pernah berkuliah Pascasarjana jurusan Kajian Ketahanan Nasional UI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syarikat Islam, Organisasi Serumpun, dan "Mobil Mewah yang Masih Terparkir"

12 April 2020   15:24 Diperbarui: 12 April 2020   16:38 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelumnya, saya hanya mengetahui Syarikat Islam dari guru Sejarah pada waktu sekolah dulu. Tepatnya saat Sekolah Menengah Atas. Itupun dalam versi buku pelajaran Sejarah. Tertulis jika Syarikat Islam lahir pada tahun 1912 alias lebih muda 4 tahun dari Boedi Oetomo yang lahir pada tahun 1908, dan dinobatkan sebagai organisasi tertua di Indonesia.

Padahal, kalau kita googling dan membuka situs wikipedia, atau membaca buku tentang sejarah republik ini, maka tertulis Syarikat Islam merupakan kelanjutan dari perjuangan Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Laweyan, Solo pada tahun 1905. Hingga akhirnya, pada tahun 1912, Haji Oemar Said Tjokroaminoto mengganti nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam (sekarang menjadi Syarikat Islam).

Walaupun dalam kurikulum pelajaran Sejarah disebutkan kelahiran Syarikat Islam pada tahun 1912, toh bagi kaum Syarikat Islam tetap keukeuh merayakan milad pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya. 16 Oktober adalah tanggal kelahiran Sarekat Dagang Islam.

Dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk menuliskan secara panjang lebar lagi sejarah kelahiran Syarikat Islam. Karena bagi saya, itu tugas sejarawan untuk meluruskannya. Tugas saya selaku kaum muda Syarikat Islam adalah memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan Syarikat Islam dan berperan aktif dalam memberikan sumbangsih pemikiran serta tenaga bagi kemaslahatan umat dan bangsa.

Seperti Mobil Mewah yang Sudah Lama Parkir

Sejak kelahirannya pada tahun 1905, Syarikat Islam atau dulu bernama Sarekat Dagang Islam telah berperan aktif dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa. Semangat untuk memerdekakan Indonesia begitu menggebu-gebu. Semangat melawan penjajah sangat tinggi. Dimotori oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Syarikat Islam menjadi garda terdepan dalam melawan penjajah dan memerdekakan Indonesia.

Syarikat Islam pun telah melahirkan tokoh bangsa, seperti Soekarno, Agus Salim, Abikoesno Tjokrosoejoso (ketiganya merupakan anggota Panitia Sembilan/Perumus Pancasila), Abdul Muis dan beberapa tokoh nasional lainnya. Tak hanya tokoh pergerakan kemerdekaan ataupun founding father bangsa, tokoh yang bergerak didunia keislaman pun sempat berproses di Syarikat Islam. Tokoh tersebut diantaranya adalah Wahab Chasbullah (salah seorang pendiri Nahdatul Ulama).

Namun, kehebatan Syarikat Islam dimasa pra kemerdekaan tidak berlanjut pasca kemerdekaan, terutama di zaman orde baru. Syarikat Islam asyik dengan konflik yang berkepanjangan. Ditengarai, menurut keterangan beberapa senior, pemicu konflik di Syarikat Islam berawal dari Syarikat Islam menjadi partai politik. Alhasil, Syarikat Islam pun terbelah. Ada istilah Syarikat Islam Merah dan Syarikat Islam Putih.

Semua itu berubah ditahun 2015 yang lalu saat Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2013-2015, Dr. H. Hamdan Zoelva, SH. MH terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam masa jihad 2015-2020 dalam Kongres yang digelar di Bandung, Jawa Barat.

Dalam setiap pidatonya, Hamdan Zoelva selalu menyampaikan akan membawa Syarikat Islam kembali ke azimuth nya, yang berarti Syarikat Islam fokus kepada pemberdayaan umat islam, baik secara ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Ia menegaskan bahwa Syarikat Islam tidak akan berpolitik praktis, dan Syarikat Islam akan menjaga jarak yang sama dengan partai politik. 

Karena, dalam bidang siyasah (politik), Syarikat Islam fokus untuk mengkader anak muda menjadi seorang politisi yang sesuai dengan nilai-nilai, ideologi, serta pemikiran Syarikat Islam dan Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang diaplikasikan melalui Sekolah Politik Kebangsaan HOS Tjokroaminoto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun