Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

BBI dan Ketahanan Pangan

21 Januari 2021   12:21 Diperbarui: 21 Januari 2021   12:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemarin (20 Januari 2021), kita kembali tersentak dengan protes pedagang daging yang akan mogok jualan selama 3 hari kedepan. Ini memgingatkan kita, hal belum lama terjadi di beberapa pekan yang lalu, di mana pengrajin tempe juga melakukan mogok operasi. Yang waktu itu berdampak pada kelangkaan bahan makanan "murah", tempe, yang bisa dikonsumsi masyarakat kita.

Pangkal dari kedua mogok ini, mirip dan serupa. Harga di tingkat bahan baku yang mahal. Keduanya ada andil dari barang impor. Kedelai yang jadi bahan baku tempe, didominasi oleh impor. Konon pengrajin tempe lebih suka kedelai impor, karena tempe yang dihasilkan sedikit lebih banyak dibandingkan dengan bahan baku lokal.

Daging sapi juga hampir serupa tapi tak sama. Produk sapi lokal tak cukup untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Info dari Kementan, proyeksi kebutuhan konsumsi daging sapi (termasuk kerbau) di tahun 2021, hampir 700ribu ton (696.956 ton). Proyeksi ini hanya dihitung untuk kebutuhan tahun 2021 dan belum mempertimbangkan cadangan dua bulan di tahun 2022. Pemenuhan ini hanya bisa dipasok dari sapi lokal sebesar 473.814 ton. Jadi ada selisih 200ribu-an ton yang harus dipasok dari impor. Total yang perlu diimpor termasuk untuk cadangan, sebesar 324.019 ton. Cukup besar!

Ini menunjukkan bahwa kelemahan di ketahanan pangan kita. Ketergantungan pangan tidak hanya untuk level bahan pangan yang relatif mahal seperti daging. Tetapi juga konsumsi bahan makan masyarakat kebanyakan pun, sudah sangat bergantung kepada impor, seperti kedelai.

Baru-baru ini, Pemerintah mencanangkan BBI, "Bangga Buatan Indonesia". Mudah-mudahan BBI ini juga mensasar bangga terhadap produk makanan Indonesia. Sehingga petani dan peternak kita, akan lebih giat untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. 

Selain itu, ilmuan kita juga terpacu, bagaimana kedelai lokal bisa menghasilkan tempe setidaknya sama dengan  kedelai impor bahkan bisa lebih banyak. Tantangan para ahli teknologi pangan dalam melakukan penelitian kedekai lokal, untuk produksi tempe yang menarik pengrajin tempe.

Dengan adanya BBI, termasuk BBI produk makanan hasil karya anak bangsa, diharapkan dapat memacu konsumen, petani, peternak, pengusaha dan pasti pemerintah untuk lebih mengarahkan pada ketahanan pangan yang berbasis pasa produksi lokal. Produk impor hanya pelengkap saja.

Depok, 21 01 2021 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun