Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sendu Guru Kura-kura

17 Juli 2020   17:27 Diperbarui: 17 Juli 2020   17:23 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua puluh tahun yang lalu, pak Bulus diminta bangsa lain di hutan untuk mendidik satu anak. Si Kodok, dia berbeda dengan katak yang ada di negeri ini. Kami bangsa katak, selalu mahir untuk meloncat, dan jangan tanya berapa jauh juga setinggi apa, katak terlemah meloncat. Bangsa kami tersohor untuk urusan ini. 

Beda dengan si kodok yang bersekolah bersama kami, anak-anak katak. Ia tak mahir meloncat. Kadang teman satu perguruannya, mengolo-olok akan kemampuan loncatnya. 

Tapi, pak Bulus dengan sabar bisa menghiburnya. Dan membantu mengatasi perasaaan minder Bangkong, nama si kodok. Dengan tangan dinginnya, pak Bulus bisa dan berhasil menjadikan Bangkong rendah diri menjadi punya rasa percaya diri yang tinggi.

 ***

Raja Hutan cukup lama menimbang dan menerima pengunduran diri pak Besar. Lebih dari setahun tanpa kabar berita, semenjak berita rencara lengsernya kebanggaan kami. Pak Besar masih menjalankan tugasnya dengan baik. Kami pun warga Danau Tenang, masih berharap pak Besar tetap menjadi pemimpin kami. 

Pemimpin yang kami cintai. Bijak dan juga pengayom kami semua, apapun bangsa kami. Bangsa Katak, bangsa kura-kura, bangsa ikan-ikanan, bangsa laba-laba air, bangsa bangau, semua merasakan nyaman dan tenang. Negeri aman dan sentosa, negeri Danau Tenang yang juga tenang suasana juga nyaman kehidupannya.

Pagi mulai beranjak siang. Rintik hujan sudah mereda, bau tanah masih terasa. Pelangi yang memancar, mulai meluntur. Mentari mulai menampakkan sinarnya di sela-sela kabut mendung yang telah berlalu. 

Dengan datangnya mentari, pak Besar mendapatkan tamu jauh. Dua merpati datang. Kami di negeri kecil, apapun aktifitas di negeri ini, cepat sekali tersebar menjadi kabar kabari. Tamu merpati ternyata membawa pesan dari Raja Hutan.

 Akan ada pengganti Pak Besar. Hanya begitu pesan yang dibawa dua merpati. Pak Besar langsung mengabarkan kepada seluruh warga Danau Tenang. Para penduduk negeri bertanya-tanya, siapa dan seperti apa yang akan menggantikan pemimpin mereka. Pemimpin kami pun tak bisa menjawab.

"Tunggu saja, wahai warga Danau Tenang tercinta", begitu pak Besar menjawab pertanyaan kami semua. 

"Tak lama lagi penggantiku akan datang". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun