Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Dosen - @dayrifanto | Menulis, membaca dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mahasiswa S3 Pendidikan Masyarakat. Fasilitator, penulis dan penggerak literasi. Mengelola inisiatif literasi, pengembangan kapasitas diri dan perpustakaan anak. Surel dayurifanto@gmail.com | linktr.ee/dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengenal Papua dan Mendukung Kearifan Lokal Melalui Bacaan Anak

17 Januari 2022   09:23 Diperbarui: 29 Januari 2022   08:05 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto rumah honai laki-laki, sumber : Rosmaida Sinaga dalam buku "Papua Dalam Arus Sejarah Bangsa"

“Dengan informasi yang terbatas tentang Papua, justru buku anak yang berlatar Papua malah bukan menambah informasi, tetapi justru menyampaikan informasi yang tidak sesuai juga” pesan kawan saya, Nurdana Pratiwi, seorang penggiat literasi di Raja Ampat, yang ikut miris menemukan kenyataan ini.

Mengapa demikian? Sebab, rumah tradisional honai selain bisa dihuni oleh banyak orang karena tidak memiliki pembagian ruangan, dan dengan perapian di tengah ruangan digunakan sebagai penghangat diri dari dinginnya cuaca di daerah tersebut, yaitu daerah pegunungan di Papua.

Honai tidak memiliki jendela, dengan tujuan sekali lagi, untuk melawan rasa dingin dan menjaga dari serangan binatang buas. Jadi sekarang, pembaca mulai bisa membayangkan, bagaimana rasanya ketika ada rumah honai tanpa jendela dengan tujuan menghalau rasa dingin, yang dibangun di pinggir pantai yang begitu panas iklimnya. Apakah kita memang sengaja dibuat berkeringat setiap hari?

Pada buku lainnya “Ataruri si Prajurit Tepuk Tangan” dapat kita temukan sebuah cerita yang mengambil latar belakang anak – anak pada suku Asmat yang pada kenyataan secara geografis mendiami pesisir selatan Papua, tetapi dalam penggambaran cerita melalui buku menyebut bahwa suku tetangganya adalah suku Ayamaru.

Yang perlu diketahui adalah suku Ayamaru adalah nama yang digunakan untuk menyebut nama suku bangsa yang dikategorikan sebagai salah satu suku bangsa asli Papua, yang secara etimologi, kata Ayamaru terdiri dari dua kata, aya dan maru. Aya yang berarti air, dan maru yang berarti danau. Jadi, nama Ayamaru artinya suku bangsa yang tinggal dekat air danau, di daerah kepala Burung, Papua Barat – yang amat sangat jauh dari pesisir selatan Papua.

Kristofel M. Ajoi, seorang dosen antropologi Universitas Papua juga menyatakan bahwa perlu ada konfirmasi mengenai karya para penulis, terutama jika para penulis tidak berasal dari pemilik cerita atau suku tersebut. Juga memastikan berulangkali agar karyanya dapat diterima baik oleh pemilik cerita maupun diterima oleh publik.

Penulis Bacaan Anak dari Papua.

Dari sekian banyak buku yang saya temukan dan dokumentasikan, sayang sekali sebagian besar, dapat dikatakan demikian, ditulis oleh mereka dari luar Papua. Misalnya, jika saya tanyakan kepada Anda, para pembaca. Siapa penulis bacaan anak dari Papua yang anda sukai? Tentu, tidak mudah menjawabnya.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan penulis dari luar Papua, selama apa yang ditulisnya akurat secara budaya, dan dengan pemahaman yang baik.

Tetapi akan lebih baik lagi, jika kita bisa melihat semakin banyak penulis dari Papua, yang hadir serta disambut oleh masyarakat kita. Dari buku-buku bacaan anak yang terdokumentasi, saya menemukan beberapa penulis dari Papua, yang saya rasa perlu kita ketahui, dari begitu sedikitnya penulis dari Papua.

Bapak C. Akwan adalah penulis senior yang cukup menonjol. Selain menulis, ia juga dikenal sebagai pencipta lagu. Salah satu karya ciptaannya, yang ia buat di kamar indekosnya di bilangan Kayu Putih, Jakarta Timur tahun 1984, ia beri judul “Gembala Baik Bersuling Nan Merdu” – karyanya ini pernah menjadi 20 lagu pop Kristen terbaik tahun 1980-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun