Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Dosen - @dayrifanto | Menulis, membaca dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mahasiswa S3 Pendidikan Masyarakat. Fasilitator, penulis dan penggerak literasi. Mengelola inisiatif literasi, pengembangan kapasitas diri dan perpustakaan anak. Surel dayurifanto@gmail.com | linktr.ee/dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kisah Empat Sobat Cilik di Rimba Papua

23 November 2021   07:54 Diperbarui: 23 November 2021   07:55 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dayu Rifanto

Pohon Kelelawar adalah sebuah buku cerita yang ditulis ulang oleh sahabat Sabine bernama Cornelia Neudert, yang begitu tertarik dengan cerita dari rimba Papua. Jadi cerita -- cerita dari Sabine ini kemudian digali melalui banyak pertanyaan oleh Cornelia, dan disusun menjadi kisah yang mewujud dalam buku "Pohon Kelelawar".Kisah dalam buku ini menceritakan persahabatan Sabine, dan adiknya bernama babu, yang berteman dengan Akekaro dan Bagus, keduanya anak dari suku Fayu. 

Suku Fayu, pada saat itu baru ditemukan. Keluarga Sabine tinggal bersama mereka karena bekerja sebagai misionaris, dan belajar bahasa orang Fayu. Pada suatu hari saat asyik bermain di kali depan rumah, datang Akekaro dan Bagus, yang menemukan pohon yang menjadi sarang kelelawar dan menceritakan hal ini pada sahabat mereka yaitu Sabine dan adiknya, Babu. Tinggal di hutan membuat Sabine dan Babu belajar dari alam. Bagaimana menemukan tempat bermain yang menyenangkan di hutan, kali dan itu semua berkat bantuan Akero dan Bagus, yang mempunyai ide -- ide menarik  bermain di hutan.

Sebelum memulai perjalanan, Babu agak khawatir dengan babi hutan, hewan yang cukup galak dan bisa menggigit, membuat mereka perlu selalu waspada dan siap -- siap memanjat pohon dengan cepat. Ini yang mereka persiapkan sebelum perjalanan dimulai, sayangnya dalam perjalanan itu bukan babi hutan yang mereka temui, tetapi...ular piton yang besar !

Ketika bertemu ular, Sabine serta Babu serasa tak siap menerima kenyataan persiapan beda dengan yang dihadapi, begitu gamang dan mulai bersiap lari. Tapi ternyata kedua anak Fayu dengan tenang, berusaha mengusir ular. Akekaro mengambil sepotong kayu dan menusuk ular itu dari samping, ular itu mendesis dan akhirnya berlalu. Akhirnya mereka bertemu juga dengan pohon sarat dengan kelelawar itu. Kelawar begitu banyak, bergelantungan rasanya indah betul. 

Tapi Akekaro mencium sesuatu, ia merasa hari akan hujan. Bagaimana anak -- anak Fayu ini begitu menguasai pesan dari alam, Akekaro segera memberi arahan agar mereka sebaiknya berlari pulang, sebab sedikit lagi hujan deras akan datang. Benar saja, saat berlari kecil pulang, mereka diguyur hujan lebat yang ternyata lewat sekelebatan saja, setelah itu pergi.

Dengan badan basah kuyup dan jalan yang mulai becek, mereka menuju ke rumah kembali, rumah di pinggir kali. Dalam perjalanan itu mereka menemukan pohon besar penuh dengan tali rotan, apa daya, godaan bermain begitu besar. Bagus, Akekaro, Sabine dan Babu asyik saja menghabiskan sore dengan bergelantungan di tali rotan dan jika terpeleset jatuh, mereka tertawa begitu senangnya. 

Pulang ke rumah, alih -- alih marah, ibu malah tertawa melihat mereka yang penuh dengan lumpur hasil bermain. Ah, setelah mandi ada hidangan baju hangat dan teh panas menemani mereka.

Buku yang diterbitkan pertama pada tahun 2010, diterjemahkan untuk versi berbahasa Indonesia di tahun 2014. Ada empat orang penerjemah yang terlibat, di mana salah satu di antaranya adalah Pendeta Dr. Rainer Scheunemann, yang langsung mengingatkan saya pada buku lain berjudul "Menjadi Pengusaha Papua yang Sukses" yang ditulis oleh Ibu Heidi Scheunemann, MBA. 

Walau rasanya perlu ada sedikit penyesuaian bahasa, tak mengurangi menariknya kisah dalam buku dengan cover tebal dan ukuran besar. Sebab kita bisa melihat bagaimana anak -- anak Fayu menjadi sumber solusi dari petualangan mereka,  bagaimana anak -- anak memahami alam di mana mereka hidup.

Serta yang terpenting, bagaimana anak -- anak bisa hidup berdampingan, bermain serta menjadi kawan sejati. (Dayu Rifanto)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun