Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Dosen - @dayrifanto | Menulis, membaca dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mahasiswa S3 Pendidikan Masyarakat. Fasilitator, penulis dan penggerak literasi. Mengelola inisiatif literasi, pengembangan kapasitas diri dan perpustakaan anak. Surel dayurifanto@gmail.com | linktr.ee/dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Nyaring dan Kekaguman Seorang Penyair

2 November 2021   17:46 Diperbarui: 4 November 2021   19:45 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi (Dayu Rifanto)

Sebagai orang tua, saya ingin sekali melihat anak saya mencintai membaca, sebagai sebuah kecakapan penting dalam hidup. Itu sebabnya, saya berusaha agar membaca menjadi sebuah kebiasaan penting yang kami bangun, semenjak di rumah. Sebelum beranjak tidur, kami sebagai orang tua membacakan sebuah buku bagi anak kami, secara rutin, setiap hari.

Mudah dilakukan karena kita membacakan secara nyaring, cerita pada sebuah buku. Jika tidak memiliki buku bacaan?  Langkah pertama bisa dilakukan dengan mencari perpustakaan atau taman bacaan terdekat di tempat kita, dan meminjam buku dari sana. 

Atau, bisa juga dengan alat bantu situs-situs buku anak legal yang dapat diakses. Misalnya, Balai Bahasa Papua dalam situsnya memuat buku-buku yang bisa diunduh dan dibaca.

Dari situs Balai Bahasa Papua, kita bisa mendapatkan sepuluh buku bacaan yang bisa diunduh. Tidak hanya itu, pada level nasional, dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mempersembahkan Buku Bahan Bacaan Literasi sebagai bagian dari mendukung Gerakan Literasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. tersedia 622 buku bacaan anak dalam bentuk pdf yang dapat diakses secara gratis melalui tautan situs mereka.

Bahan bacaan yang dapat diakses secara daring ini, belum termasuk bahan bacaan yang disediakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, misalnya melalui aplikasinya yang bernama Ipusnas, maupun koleksi buku dari beragam NGO di Indonesia, yang dapat diakses secara daring, semisal dari situs LetsreadAsia dan LiteracyCloud.

Bagaimana jika tidak ada akses apapun pada buku? Di sinilah peran cerita -- cerita lisan yang masih dituturkan oleh banyak orang. Atau secara kreatif kita bisa membuat cerita sendiri dan kemudian hal itu diceritakan pada anak kita.

Kembali pada membaca nyaring, melalui pembacaan pada buku Read A Loud yang ditulis oleh Jim Trelease, terdapat sebuah temuan menarik di mana pada tahun 1985, sebuah komisi di Amerika membuat sebuah laporan berjudul "Becoming a Nation of Readers (Menjadi Bangsa yang Suka Membaca) menemukan temuan bahwa "Aktivitas yang paling utama untuk membangun pengetahuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam membaca, adalah membacakan buku kepada anak-anak."

Sehingga dengan basis pengetahuan tersebut, kita menjadi sadar bahwa membacakan buku bagi anak, adalah hal penting yang harus secara konsisten dibangun semenjak di rumah dan dicontohkan oleh orang tua. 

Saya ingat, beberapa waktu lalu sering menemukan seorang Ibu yang bernama Meilona Sadury Ramar, di Sorong, yang kerap membawa serta anak-anaknya secara rutin ke taman baca yang kami kelola. 

Saya ingat, pada sebuah perbincangan yang kami lakukan, ia mengatakan bahwa di masa depan hidupan bisa jadi lebih menantang, karena kemajuan teknologi dan yang lainnya. 

Bayangkan, bagaimana jadinya ketika anak-anak kita di masa sekarang, tidak bersiap menghadapi masa depan tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun