Mohon tunggu...
Sosbud

Tragedi Konflik di Situbondo Tahun 1996

17 Desember 2018   23:45 Diperbarui: 18 Desember 2018   02:29 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 1996 menjadi tahun yang bersejarah untuk masyarakat Situbondo khusus nya yang berada di kecamatan Panji, Desa Kapongan, Kabupaten Situbondo. Sebuah tragedi yang melibatkan sebagian besar masyarakat Situbondo. Sebelum menemukan kejelasan awal dari persoalan yang hingga menyebabkan pembakaran terhadap beberapa gereja yang ada di kota situbondo. 

Beberapa sumber mengatakan bahwa pokok persoalan tersebut berawal dari debat dua tokoh agama yang hingga membawa dendam antar pengikut mereka ada juga yang meyebutkan pokok awal permasalahan terebut berawal dari perbedaan akidah pembelajaran islam individu dalam keluarga salah satu tokoh agama yang sangat termuka di kota panji.

Trauma besar telah tertanam pada diri masyarakat Situbondo hingga kini, karenanya hanya sebagaian kecil masyarakat yang berani menceritakan kembali kejadian tersebut meskipun peristiwa tersebut telah lama terjadi. Masyarakat Situbondo beranggapan konflik pembakaran gereja sangatlah sensitif untuk di ingat maupun di ceritakan, trauma yang besar membuat masyarakat memilih diam ketimbang gamblang menceritakan peristiwa itu kepada orang lain apalagi orang yang berasal dari luar kota.

Saleh dan  KH. Zaini merupakan nama utama yang muncul dalam persoalan konflik ini. Saleh merupakan saudara sepupu KH.Zaini, banyak yang mengatakan ketika KH.Zaini melakuakan pengajian di masjid sekitar, Saleh mencoba mencari kebenaran dalam dakwah yang di terangkan oleh KH.Zaini. 

Perdebatan argumen antara Saleh dan KH.Zaini tak bisa dipungkiri hingga dalam salah satu argumen Saleh yang kontroversional dia mengatakan apa yang dikatakan KH. Zaini sebuah ketidakbenaran karena dianggapnya guru dari KH. Zaini yaitu KH.As'ad merupakan seseorang yang membelokan pembelajaran agama Islam dari akidah sebenarnya.

Perdebatan itu tidak selesai hanya pada malam itu saja bahkan perdebatan antara kedua orang tersebut menyebar ke seluruh masyarakat kota Situbondo hingga terdengar juga oleh keluarga besar KH.As'ad yang ada di pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah Asembagus Situbondo. 

Mendengar kata KH.As'ad telah dianggap memberikan akidah yang kurang baik terhadap pembelajaran Islam sontak membuat keluarga abdi dalam pondok tidak terima hingga melaporkan kejadian ersebut kepada pihak kepolisian dengan dugaan pencemaran nama baik. Kh.As'ad merupakan ulama besar yang berada di Situbondo putra dari KH.Syamsul Arifin ini merupakan tokoh yang sangat dihormati khususnya di Kabupaten Situbondo.

Proses pengaduan dugaan pencemaran nama baik itu pun menuju pada persidangan di Pengadilan Negeri Agama di Situbondo. Hingga Saleh terbukti bersalah dengan tuntutan pencemaran nama baik dan di vonis dengan hukuman selama lima tahun. Namun hukuman tersebut tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh sebagian masyarakat, hingga saat pembacaan vonis hukuman kepada Saleh kondisi di pengadilan tidak kondusif baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan pengadilan. 

Massa yang berkumpul mengharapkan hukuman yang seberat-beratnya di jatuhkan ke Saleh karena selain dianggap telah mencoret nama baik salah satu ulama besar dia juga telah membawa kesesatan terhadap agama Islam. Massa yang kecewa dengan vonis yang di sampaikan hakim pengadilan mencoba masuk kedalam gedung pengadilan dan ingin menghakimi Saleh langsung dengan pengeroyokan massal. Salah satu saksi mata yang berada di lokasi mengatakan "di sana massa sangat tidak terkendali mereka ingin menghakimi Saleh kalau bisa mereka ingin membakar saleh hidup-hidup yang penting Saleh harus mati".

Namun dalam peristiwa tersebut terdapat beberapa kejanggalan di mana saat massa diluar gedung kejaksaan mulai ribut terdapat sebuah inseiden dimana gereja-gereja yang ada di sekiraran kota terbakar. Menurut keterangan cucu sugionoyang merpakan saksi pada kejadian tersebut proses pembakaran gereja itu tidak ada yang mengerti karena kejadian tersebut terjadi secara tiba-tiba dan menurut beliau massa pembakaran gereja sendiri sudah terorganisir buktinya pembakaran gereja tersebut terjadi dalam hari yang sama serta waktu yang bersamaan. 

Namun beliau tidak tahu pasti siapa dalang yang ada dibalik pembakaran tersebut. Peristiwa pembakaran gereja ini juga memakan lima korban yang tewas saat di tidak bisa keluar dari dalam gereja. Kelima korban tersebut antara lain merupakan suster dan pendeta yang sedang berada di dalam gereja dan tidak mau keluar dari dalam gereja. Kasus konflik perbedaan akidah beragama ini tidak hanya menyasar ke gereja saja namun beberapa sekolah yang ada juga sempat menjadi tujuan massa yang tidak puas dengan keputusan pengadilan. Seperti SD Imanuel yang juga dibakar namun tidak sampai memakan korban jiwa karena sebelum pembakaran semua orang di suruh keluar dari dalam gedung dan massa juga menyerang beberapa sekolah lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun