Mohon tunggu...
David Tirtawijaya
David Tirtawijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - My Profile

Full time student, part time article writer, investment enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Inspirasi dari Kisah Nyata Perjalanan Karir Sony Dwi Kuncoro

11 April 2021   12:36 Diperbarui: 11 April 2021   20:34 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seluruh masyarakat Indonesia, terutama para pencinta bulutangkis Indonesia tentu masih familiar dengan nama Sony Dwi Kuncoro. Ya, ia adalah salah satu altet bulutangkis tunggal putra andalan Indonesia pada periode tahun 2002-2013 yang hingga kini masih aktif berkarir sebagai pemain bulutangkis. Pada masa kejayaannya, Sony meraih banyak sekali gelar juara, mulai dari Asian Championsip tahun 2002, 2003 dan 2005, SEA Games tahun 2003 dan 2005, Indonesia Open tahun 2008, Japan Open tahun 2008, serta beberapa gelar superseries lainnya dan yang mungkin kita lupa bahwa Sony adalah peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004.

Namun siapa yang menyangka, pada tahun 2014, Sony menghadapi masa-masa keterpurukannya sebagai atlet bulutangkis. Ia didegradasi dari Pelatnas PBSI karena dirinya yang kerap kali berkutat dengan cidera, ditambah lagi pada saat itu, ia sudah berumur 30 tahun, usia yang dianggap senja bagi seorang atlit bulutangkis, banyak pihak yang menganggap bahwa Sony sudah tidak akan mampu untuk berprestasi. Setelah diumumkan bahwa ia didegradasi, perasaannya seakan hancur berkeping-keping, sedih, dan kecewa. Bagaimana tidak, saat itu, ia masih berada di peringkat 15 dunia dan belum ada juniornya yang menunjukkan kenaikan prestasi secara signifikan. Sony yang saat itu sudah menetap di Jakarta, harus kembali pulang ke Surabaya bersama istri dan anak-anaknya.

Untuk tetap berkarir di dunia bulutangkis, mau tidak mau ia harus menempuh jalan untuk menjadi atlit professional, dimana dalam setiap turnamen ia harus menanggung biayanya sendiri, mencari tempat dan menyusun jadwal latihan, mencari sparing partner, semuanya harus dijalani secara mandiri. Untuk itu, Sony harus memulai semuanya kembali dari nol, ia harus mencari tim bulutangkis baru untuk berlatih dan sparing, mencari sponsor untuk membiayai dirinya jika ingin mengikuti turnamen di luar negri, dan lebih parahnya lagi, Sony yang dahulu berkompetisi di turnamen elite dunia, harus terjun mengikuti turnamen sirkuit nasional demi mendapatkan sponsor. Namun, semuanya ia jalani dengan sabar, ikhlas, dan penuh semangat. Perlahan namun pasti, kerja kerasnya mulai menunjukkan hasil, ia berhasil meraih gelar perdananya sebagai atlit professional pada Victor Indonesia International Challenge pada tahun 2015, bahkan di tahun yang sama ia juga berhasil meraih gelar Chinese Taipei Master Grand Prix, dan puncaknya pada tahun 2016, ia berhasil meraih gelar Singapore Open Superseries. Lewat deretan gelar juara ini, Sony membuktikan kepada banyak pihak, bahwa dirinya masih mampu untuk berprestasi di usianya yang sudah senja. (Sumber: Indosport.com, https://www.indosport.com/raket/20191205/sony-dwi-kuncoro-beberkan-kehidupan-beratnya-usai-dicoret-dari-pelatnas, diakses 30 Maret 2021).

Dari perjalanan karir seorang Sony Dwi Kuncoro, banyak pelajaran hidup yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

  1. Kita seringkali menyerah oleh keadaan, merasa seakan-akan sudah tidak ada lagi jalan keluar dan ketika kita terpuruk, kita tidak memilih untuk bangkit, melainkan berlarut dalam kesedihan. Terpuruk dalam kesedihan dan kekecewaan memang sesuatu yang wajar. Namun ada baiknya, kita harus dapat mengendalikan perasaan sedih dan kecewa tersebut, untuk dapat kembali bangkit.
  2. Tanpa disadari, kita sering merasa bahwa hanya terdapat satu jalan untuk mencapai tujuan, dan itu sudah tertutup, padahal tanpa kita sadari, masih banyak jalan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan, atau dalam peribahasa yang sering kita dengar yaitu “Banyak Jalan Menuju Roma” yang artinya banyak jalan menuju sebuah kesuksesan.
  3. Seringkali ketika kita merasa terpuruk, kita menjadi kehilangan motivasi  untuk memulai semuanya kembali dari nol dan lebih memilih untuk mundur. Tanpa disadari, ketika kita memilih untuk mundur, banyak kesempatan yang kita lewatkan yang akhirnya dimanfaatkan oleh orang lain. Ada baiknya, jika kita berada dalam posisi terpuruk, kita beristirahat sejenak, memulihkan kondisi fisik dan mental, serta membangkitkan motivasi untuk kembali berjuang. Hal ini sesuai dengan peribahasa “Mundur Satu langkah untuk maju seribu langkah”
  4. Tanpa disadari, di saat kita mendengar pendapat negatif yang bersifat destruktif dari orang lain, kita langsung merasa down, merasa tidak berguna, merasa bahwa kita tidak lagi mampu, dan akhirnya kita memilih untuk menyerah. Ada baiknya, ketika kita mendapatkan hujatan atau komentar negatif dari orang lain, kita menjadikan hujatan dan komentar negatif tersebut sebagai motivasi untuk bekerja lebih keras, dan membuktikan kepada orang tersebut bahwa kita mampu.
  5. Ketekunan, semangat, kerja keras, dan kesabaran disertai doa dan dukungan orang-orang terdekat, pasti akan memberikan hasil yang optimal bagi siapa saja yang melakukannya, dimanapun orang itu berada, dan apapun jenis pekerjannya. Untuk itu, tetap semangat dan jangan pernah berpikir untuk menyerah.
  6. Usia bukanlah halangan untuk berhenti berkarya. Jika kita memiliki keinginan untuk terus menerus belajar, memperbaharui diri, dan mau menerima masukan positif dari orang lain, maka seberapa cepatpun dunia ini berubah, kita akan mampu untuk mengikutinya.

Penulis: David Tirtawijaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun