Mohon tunggu...
David Solafide
David Solafide Mohon Tunggu... lainnya -

'Life is very short and there's no time for fussing and fighting, my friends' The Beatles. Do join English Community http://english-comm.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulis, Bicara tanpa Bunyi

13 April 2011   18:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13027188731488803571

[caption id="attachment_102048" align="alignleft" width="300" caption="menulis itu berbicara"][/caption] Dalam kesempatan Kompasiana Blogshop di Surabaya pada 13 April 2011, Bang Iskandar menjabarkan bagaimana kita bisa menulis cepat, menarik, dan bermanfaat. Berbagai tips atau siasat telah diberikan pada acara tersebut. Tips ini khususnya ditujukan kepada mereka yang merasa nggak punya ide untuk ditulis, nggak pede dengan hasil tulisannya sendiri, dan yang mengalami kemacetan dalam menulis. Beberapa tips itu antara lain: tulis saja apa yang ada di kepala, jangan pedulikan dulu EYD, dan jangan menunda.

Dari penjelasan Bang Is, yang dibarengi suara para siswa TK yang sedang berlatih paduan suara, saya mendapat gagasan bahwa menulis itu sama dengan berbicara. Menulis sama seperti berbicara kepada seseorang (atau sekelompok orang). Menulis maupun berbicara berarti menyampaikan cerita, pengalaman, perasaan, atau pendapat kita kepada orang lain.

Namun, tentu saja, menulis berbeda dari berbicara. Ketika kita berbicara kepada seseorang, kita tahu siapa pendengar kita, dan kita tahu minat sang pendengar. Sedangkan ketika kita menulis, walaupun kita membayangkan siapa pembaca tulisan kita, kita tidak bisa menujukan tulisan kita hanya kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu. Siapapun bisa dan boleh membaca tulisan kita.

Perbedaan lainnya adalah intonasi. Dalam berbicara, kita selalu menggunakan intonasi bahkan juga bahasa tubuh sehingga ‘perasaan’ dalam kata-kata kita dapat ‘dirasakan’ oleh pendengar. Jadi, dalam berbicara, kita tidak memerlukan tanda baca. “kemarin aku pergi ke pasar aku bertemu seorang nelayan dia menjual ikan-ikan hasil tangkapannya dia menawarkan kepadaku dengan harga yang sangat rendah jauh lebih rendah dari harga di pasar.” Tetapi, dalam tulisan, kita tidak bisa mengabaikan penggunaan tanda baca dan sebagainya. Jika tidak, maka ‘perasaan’ dalam kata-kata kita tidak dapat ‘dirasakan’ dengan semestinya oleh pembaca.

Jadi, meskipun Bang Iskandar menyarankan kita untuk mengabaikan dulu EYD agar tidak menghambat proses dalam menulis, kita tetap perlu memperhatikan ‘intonasi tertulis’ yaitu tanda baca. Menulis adalah berbicara tanpa bunyi, tetapi bunyi itu diwakili oleh tanda baca. Selamat menulis, selamat berbicara. (ds)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun