Mohon tunggu...
David Gorda
David Gorda Mohon Tunggu... -

Bahaya Kapitalisme, terlalu cinta kapital dan dunia, selalu berkonspirasi untuk mendapatkan segala cara semata bagi kepentingan keuntungan pribadi dan kelompok. Tidak perduli akan kerusakan lingkungan. Akibatnya selalu terjadi kerusakan nilai kehidupan dan ketidak seimbangan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Quick Count" Hanya Patokan Arah Perolehan Suara Sementara

28 Juni 2018   10:57 Diperbarui: 28 Juni 2018   12:21 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sangat banyak peluang manipulasi suara. Quick Count hanya patokan perolehan suara sementara (Rappler)

Jika kita memperhatikan angka Quick Count (QC) dinyatakan dalam masukan data yang mencapai 100%, kita jangan dulu percaya karena QC hanya patokan arah angka perolehan pasangan tertentu.

Sangatlah lucu ada paslon tertentu dengan selisih angka tipis yang sudah mendeklarasikan kemenangannya hanya berdasarkan angka perolehan Quick Count (QC) saja ini sangat prematur, sehingga gembira ria yang amat sangat konyol terlihat. Tidakkah seharusnya bisa menunggu hasil Real Count (RC) dari KPUD adalah penetapan yang resmi dan syah untuk menetapkan paslon yang menang dalam sebuah Pilkada.

Sebuah kejadian nyata yang pernah terjadi di Jawa Barat adalah pada tahun 2013 pada PILGUB Jabar Aher dinyatakan kalah dengan Rieke dalam perolehan suara di Quick Count, ketika itu Rieke-Teten pada angka QC 31,04 % suara dan Aher-Demiz 26,12 % selisih 4,92% tetapi ternyata Allah berkehandak lain dan akhirnya Pilgub dimenangkan oleh Aher dalam perolehan suara di Real Count KPUD.

Peristiwa Asyik (Sudrajat-Ahmad Syaikhu) dengan Rindu (Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum) ini tidak jauh beda sehingga pada Real Count nanti hasil KPUD bisa terjadi pasangan Sudrajad-Syaikhu (Asyik) yang menang sebagaimana yang terjadi pada tahun 2013 yang lalu.

Angka QC dari beberapa LS masih sangat berbeda jauh. Beda sangat tipis (SMRC) dari perolehan angka Asyik QC diperoleh 29,58% suara sedangkan Rindu 32,26% suara. Sedangkan LS-DJA  Asyik 27,98% suara sedangkan Rindu 32,98%. Versi Charta Politika, Asyik 30,07% suara sedangkan Rindu 33,53% suara. Rataan selisih hanya 3,46%.

Litbang Lembaga Survey yang terpercaya saja, hanya memiliki 150 orang yang terdiri dari Konfirmator 122 orang, verifikator 14 orang, validator 14 orang. Setiap konfirmator dibebankan sampai dengan 12 interviewer atau untuk 12 TPS. Selanjutnya sebuah Lembaga Survey (LS) hanya mengambil sampel sebanyak lebih kurang 400-450 TPS potensial untuk setiap Propinsi. Bawaslu RI mendata ada sebanyak 387.586 TPS di seluruh Indonesia dengan 17 Propinsi yang melakukan Pilkada serentak 27 Juni 2018. Sedangkan setiap Propinsi ada rataan 22.800-an TPS. Artinya ada 22.400 TPS yang tidak bisa dijangkau oleh sebuah Lembaga Survey (LS).

Selanjutnya berdasarkan data Bawaslu RI setidaknya ada 91.979 TPS atau sekitar 24% TPS memiliki tingkat kerawanan  manipulasi dalam variabel akurasi data pemilih. TPS yang dianggap rawan tersebut adalah terdapatnya para pemilih yang memenuhi sayarat tetapi tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan sebaliknya bisa terjadi pemilih yang tidak memenuhi syarat tapi terdaftar dalam DPT.

Kerawanan selanjutnya adalah di likaran LS (lembaga Survey) yang berpihak. Bisa terjadi kesesatan data dari setiap Konfirmator, atau diruang Litbang LS yaitu dari Verifikator dan Validator angka data sangat bisa dimainkan disetiap bidang kerja sebuah LS.

Selanjutnya ada kerawanan manipulasi angka data pemilih di setiap TPS pada lokasi kompleks perumahan etnis tertentu yang tertutup tapi masuk didalam registrasi KPUD setempat, dimana di lokasi tersebut sangat rentan dengan manipulasi data pemilih. Ada ditangkap basah pembludakan angka daftar pemilih disuatu lokasi TPS dibandingkan dengan DPT pada lokasi TPS tersebut. Hal ini juga dikaitkan dengan banyaknya pemalsuan E-KTP baru baru ini tentu ada maksud jahat tertentu dalam pemalsuan E-KTP tersebut.

Ada Lembaga Survey yang menamakan ruangan pengolahan data mereka disebut dengan "War Room" artinya "Ruang Perang" Apa maksudnya dengan nama ini ? Diruangan inilah dilakukan berbagai rekayasa angka yang memihak sehingga LS yang dibayar tersebut bisa memenuhi kehendak dari si pembayar. Atau war room bisa digunakan untuk kepentingan pihak tertentu dalam target tertentu.

Dari data beberapa LS yang ada dan bisa diterima angkanya, antara pasangan Asyik dan Rindu hanya selisih pada 2% saja, sedangkan margin error pada angka antara 1,2 hingga 1,5%, sehingga selisih yang terjadi hanya kisaran 0,027% maka kemenangan angka QC antara No.1 dan No.3 bisa berubah sebaliknya jika hasil Real Count diputuskan oleh KPUD malah pasangan Asyik yang menang. Masih ingat kasus Pilgub Aher dan Rieke di tahun 2013, kasusnya sangat mirip pada saat itu selisih 4,92%. Sedangkan pada Pilkada Jabar 2018 selisih hanya 3,46% saja. Sehingga dalam Real Count KPUD, pasangan Asyik (Sudrajat-Ahmad Syaikhu) sangat bisa berpeluang menang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun