Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

5 Alasan Tidak Perlu 'Overthinking' pada Wabah Cacar Monyet

5 Agustus 2022   14:45 Diperbarui: 5 Agustus 2022   16:17 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (medcom.id)

Belum usai pandemi Covid-19 dengan segala variannya ditangani, kini wabah virus cacar monyet atau monkeypox menjadi isu baru yang membuat kegelisahan publik. Wajar banyak yang kuatir karena wabah penyakit ini disinyalir sudah masuk ke Indonesia. 

Ada satu pasien suspect di Jawa Tengah yang sedang dirawat. Untungnya hasil pemeriksaan dari pasien tersebut menyatakan bahwa yang bersangkutan negatif. Syukurlah kita jadi lega dengan berita ini.

5 alasan tidak perlu kuatir berlebihan

Saya mencoba membaca beberapa referensi untuk mengetahui apa sih virus monkeypox ini. Seberapa berbahaya. Banyak sekali tulisan yang menjelaskan dengan rinci. Setelah membaca beberapa sumber, akhirnya saya pribadi berpendapat bahwa virus cacar yang sudah dikenal dan dapat ditangani secara medis ini tidak perlu dikuatirkan secara berlebihan. 

Berikut beberapa fakta mengapa tidak perlu terlalu kuatir (overthinking) terhadap wabah cacar monyet:

(1) Virus monkeypox ini bukan virus baru. Virus cacar monyet ditemukan pertama kali pada monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian pada 1958 di Kopenhagen, Denmark. Namun, cacar monyet pada manusia pertama kali terjadi pada 1970 di Kongo, Afrika. Namun, entah mengapa kini virus ini muncul lagi. 

Para tenaga kesehatan sudah mengetahui bagaimana perawatan untuk pasien. Tidak gagap sebagaimana terjadinya pandemi Covid pada awal 2020 lalu. 

(2) Virus ini sudah ada obatnya. Virus penyebab monkeypox ini serumpun dengan virus penyebab cacar air (smallpox). Menurut catatan Daniel Bausch, seorang pakar dari Amerika, vaksin cacar biasa mampu mengatasi cacar monyet ini dengan tingkat keberhasilan 85%. 

Sejauh ini sudah ada beberapa vaksin cacar yang resmi beredar. Jika kita sudah pernah divaksin semasa kecil, maka tubuh kita sudah memiliki derajat kekebalan. Dengan demikian, risiko buruk jika terinfeksi virus cacar monyet akan minim. 

(3) Tidak menyebar melalui udara layaknya Covid-19. Jika Covid-19 bisa menular dari udara sekitar, bahkan tanpa bersentuhan dengan seseorang pengidap Covid-19, maka cacar monyet ini berbeda. Sepanjang kita bisa menjaga kebersihan. Tidak saling bertukar alat makan, alat mandi (handuk, sikat gigi), maka relatif aman. 

(4) Orang yang terinfeksi mudah dideteksi. Seseorang yang terkena cacar monyet akan mengalami demam, lalu muncul cacar pada permukaan kulit, ini bisa terlihat secara kasat mata. Berbeda dengan pengidap Covid-19 yang sulit dikenali, karena ada juga pengidap tanpa gejala.

(5) Tingkat kematian yang rendah. Kematian akibat infeksi virus cacar monyet pada manusia sekitar 1-10%. Infeksi cacar monyet sifatnya ringan dan sebetulnya dapat sembuh dengan sendirinya. Laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari total 180.000 kasus yang dilaporkan, hanya ada 5 korban meninggal, dan hanya 10% diantaranya yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Artinya rumah sakit tidak akan penuh sesak seperti saat pandemi Covid-19. 

Beda cacar biasa dengan cacar monyet (detik)
Beda cacar biasa dengan cacar monyet (detik)

Bagaimana agar aman dari virus cacar monyet?

Meskipun tidak perlu 'lebay' kita perlu tetap waspada. Sebagaimana dirilis oleh berita Kompas.com, 23 Mei lalu,dr. Pratiwi Prasetya Primisawitri, menjelaskan bahwa penularan virus cacar monyet dari binantang ke manusia dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa dari binatang yang terinfeksi virus. 

Sedangkan transmisi dari manusia ke manusia dapat terjadi jika ada kontak dekat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi virus. Kontak seksual dengan terduga pengidap virus cacar monyet juga harus dihindari, misalnya berciuman, oral seks, anal seks, dan aktivitas seksual lainnya. 

Merujuk cara penularannya, maka ada beberapa hal utama yang mudah dilakukan untuk aman dari virus cacar monyet. 

(1) Rutin mencuci tangan.

(2) Konsumsi daging hewan yang dimasak matang.

(3) Gunakan masker dan siapkan hand sanitizer jika beraktivitas di luar rumah. 

(4) Hindari bepergian ke tempat yang rentan penyebaran virus cacar monyet. Jika tempat tersebut (misalnya tujuan wisata) dinyatakan ada kasus infeksi, maka sebisa mungkin hindari. Sekiranya tidak terpaksa, batalkan saja perjalanan. 

(5) Tidak melakukan kontak fisik atau seksual dengan seseorang yang diduga terinfeksi virus. Misalnya untuk sementara hindari cipika-cipiki dengan siapa saja yang baru bepergian dari tempat jauh. Termasuk anggota keluarga. Bisa saja dia terpapar virus. Ada baiknya setelah kembali dari luar, segera mandi dulu seperti kita mencegah penularan Covid-19. 

Jadi saya berpendapat bahwa tidak perlu panik dan khawatir pada berita wabah cacar monyet. Namun penting selalu diingat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.  Jika merasakan gejala cacar segera konsultasikan dengan dokter. Salam sehat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun