Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pentingnya "Kantin Kejujuran", Mulia Tujuannya Meski Sulit Praktiknya!

13 September 2020   20:04 Diperbarui: 15 September 2020   06:31 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya perlu memikirkan lagi mungkin pelajaran budi pekerti ada bagusnya kembali dihidupkan. Termasuk pengamalan nilai-nilai pancasila di sekolah.

Kantin kejujuran sebagai laboratorium (lab) kehidupan ini sama pentingnya dengan lab ilmu sains atau lab bahasa atau lab komputer di sekolah. Kantin kejujuran ini ibarat lab kecil, dunia nyata tempat mempraktikkan nilai-nilai kejujuran siswa didik di sekolah. 

Jadi selayaknya kantin kejujuran ini tetap dipertahankan, jika bangkrut "dihidupkan" kembali, tentu dengan perbaikan-perbaikan. Sekolah jangan berputus asa, melainkan mengevaluasi dan mencari cara efektif menumbuhkan rasa jujur pada siswanya dan diuji lagi apakah kantinnya bisa bertahan. 

Hal sederhana bisa dilakukan, misalnya dengan menempeli pengumuman mingguan atau bahkan harian jika kantin merugi, sebagai pengingat. Misalnya cukup menuliskan 'Kemarin kantin kita rugi!'. Meski terlihat sederhana bisa jadi malah efektif sebagai pengingat. 

Jika rugi terus, bisa dicoba disiasati dengan adanya kamera tersembunyi yang tidak diketahui siswa. Mempelajari siapa siswa yang tidak jujur. Jika ada, bisa dipanggil personal untuk diingatkan oleh guru pengawas tanpa mempermalukannya di depan umum. Pun bisa jadi siswanya  semua jujur, namun ada pengelola yang nakal mengklaim rugi untuk keuntungan pribadi.

Warung kejujuran di luar negeri juga ada loh!

Ternyata warung dengan konsep mirip kantin kejujuran juga ada di luar negeri. Berikut contoh di beberapa negara asing.

Gimmelwald, Swiss: Warung kejujuran (honesty shop) ini ada di Gimmelwald, desa kecil di Swiss. Warung tersebut lahir tahun 2010 dari sebuah ide David Waterhouse.
Ada satu warung kosong di desa yang menarik perhatiannya. Ia ingin aktifkan kembali, namun dia tidak mampu membayar petugas untuk menjaganya. Terbersit ide mengaktifkan lagi warung itu dengan konsep honesty box yang biasanya ditemukan di gerbang pertanian milik petani disana. Sayuran, telur, dan hasil pertanian dipajang begitu saja tidak perlu dijaga, hanya dilabeli harga dan disiapkan kotak bayaran.

Honesty box (sumber: theguardian.com)
Honesty box (sumber: theguardian.com)

Konsep honesty box itu pun diterapkannya di warung/toko tersebut. Tidak ada penjaga warung, tidak ada kamera cctv sama sekali. Pengunjung tinggal masuk, kemudian menelusuri dan memilih barang apa yang diinginkan. 

Kerajinan lokal, cinderamata, makanan atau minuman. Cek harga, hitung total bayaran, lalu masukkan uangnya dalam sebuah amplop, kemudian masukkan di kotak bayaran. Keunikan dari warung kejujuran ini pun viral, bahkan menjadi objek wisata populer, didatangi banyak turis yang penasaran. 

The Honesty Shop, Gimmelwald Swiss (instagram @janeking)
The Honesty Shop, Gimmelwald Swiss (instagram @janeking)

London, Inggris: Meniru toko kejujuran di Swiss, David Waterhouse menerapkan konsep tersebut ke London. Awalnya orang mencibir David dengan mengatakan bahwa itu hanya akan berhasil dilakukan di Swiss. 

Namun ternyata kesuksesan toko kejujuran di London ini membuktikan bahwa cibiran tadi salah. "Kami mencatat setiap pagi dan setiap malam dan sepertinya tidak kehilangan apa pun" ujar David.

Toko kejujuran dengan memanfaatkan bus tingkat ini, yang dijuluki 'Trusty', berlokasi di Marble Quay, St Katharine. 10% dari setiap keuntungan disumbangkan ke badan amal usulan pembeli seperti Macmillan Cancer Support dan lainnya.

The Honesty Shop, London (Sumber: positivenews.co.uk)
The Honesty Shop, London (Sumber: positivenews.co.uk)

Kambalda, Australia: Whitney Page, seorang wanita asil Selandia Baru, pada awal tahun 2020 lalu mendirikan toko kejujuran di Kambalda, sekitar 600 kilometer dari Perth, West Australia. Toko ini didesain tanpa etalase, tanpa alarm. 

Pelanggan dipercaya untuk mengambil apa yang mereka inginkan dan membayar barang pilihannya. Namun pembayaran dilakukan dengan transfer langsung ke rekening toko. Awalnya orang tidak terbiasa, namun lama-lama menikmatinya.

Uniknya, disini penduduk lokal yang lagi kesulitan dan tidak punya uang, boleh tetap membeli namun membayarnya kemudian setelah punya uang. Konsep yang ditawarkan benar-benar memberikan kepercayaan penuh pada pelanggan. 

Whitney Page, melalui badan amal disana, juga mendonasikan keuntungan dari toko ini kepada warga yang benar-benar mengalami kesulitan keuangan di Kambalda. Luar biasa.

Whitney Page dan toko kejujuran yang dikelolanya di Kambalda (sumber: abc.net.au)
Whitney Page dan toko kejujuran yang dikelolanya di Kambalda (sumber: abc.net.au)

Kantin kejujuran ini mirip dengan apa yang diterapkan Kompasiana pada Kers pemilik akun biru, yang tulisannya autolabel pilihan. Kers 'berdarah biru' dianggap penulis jujur dan dipercaya akan menyajikan tulisan terbaiknya, sehingga tidak perlu dimoderasi untuk sekadar label pilihan.

Dengan adanya kantin atau warung kejujuran ini kita dibebaskan, diuji kejujurannya. Diuji untuk jujur pada diri sendiri. Diberikan kepercayaan penuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun