Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menakar Peluang Indonesia, Memetik "Energi Gratis" Sang Mentari

28 Juli 2020   14:35 Diperbarui: 29 Juli 2020   17:32 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (jenniferann1970.wordpress.com)

Betapa hari yang indah, seakan tanpa menyadari bahwa Sang Pencipta mengirimkan semua keindahan itu ditambah pancaran energi dalam sinar matahari. Yang disediakan setiap hari tanpa perlu membayar, namun terbuang begitu saja.

Energi Panas dan Cahaya dari Matahari 

Energi sebetulnya sangat besar terkandung dalam sinar matahari. Ada dua jenis energi yang dibawa oleh sinar matahari. Pertama adalah energi panas. Jika matahari bersinar cerah, panas yang dibawa oleh sinarnya akan memanasi semua permukaan benda yang dikenai. 

Lalu termasuk udara sekitar pun menjadi hangat bahkan panas saat terik. Dengan adanya panas itu, maka pakaian yang dijemur bisa kering, hasil pertanian semisal padi bisa dijemur kering dibawah sinar matahari.

Energi berikutnya adalah energi dalam cahaya itu sendiri. Energi ini hanya bisa ditangkap oleh photovoltaic, sel surya yang didisain sedemikian rupa untuk menghasilkan energi listrik, jika dikenai cahaya matahari. Teknologi ini sering dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga surya.

Potensi Energi Surya Indonesia (globalsolaratlas) 
Potensi Energi Surya Indonesia (globalsolaratlas) 

Menakar Peluang Indonesia Memetik Energi Surya

Dengan letak geografis yang membentang pada garis katulistiwa, Indonesia sangat diuntungkan secara iklim. Indonesia menikmati cuaca tropis dengan pancaran sinar matahari sepanjang tahun. 

Tidak mengalami variasi musim sebagaimana negara lainnya. Ini memberi peluang besar bagi Indonesia untuk memanen energi listrik sepanjang tahun. Setidaknya 5 jam dalam, sinar matahari akan dinikmati oleh Indonesia. Ada yang bertanya, masa sih Indonesia bisa? 

Ayo kita lihat alasan-alasan mengapa Indonesia sangat bisa memanfaatkan energi matahari ini.

  • Sinar Matahari yang melimpah

Indonesia menerima pancaran sinar matahari hampir setiap hari sepanjang tahun. Kualitas nya memenuhi standar baik, lebih bagus dari di Jerman atau Jepang. Kita memiliki kekuatan radiasi matahari 4,8 kWh per m2 secara rata-rata. Di Indonesia timur nilainya malah lebih tinggi. Jadi kita hampir sepanjang tahun mengalami 'nice day'. Dengan berandai-andai Indonesia menyamai majunya Singapura, nanti di tahun 2050. Maka Indonesia akan mengkonsumsi sekitar 3000 TWh per tahun. Ini membutuhkan sekitar 1800 GWp PLTS. 

  • Ketersediaan lahan 

Daratan Indonesia mencapai 1,9 juta km2. Indonesia tidak akan kekurangan lahan untuk menempatkan instalasi pembangkit listrik tenaga surya. Selain daratan,tedapat banyak danau di Indonesia, sekitar 120 rbu km2. Perairan laut yang relatif tenang, tidak berombak, yaitu laut luas lautan internal dan laut kepulauan sekitar 3,1 juta km2. Pun gedung-gedung dapat dipasangi panel surya.

  • Harga solar cell yang semakin murah

Data International Renewable Energy Agency mencatat bahwa harga listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga surya telah turun dari 37,9 sen USD per kWh (2010) menjadi rata-rata 6,8 sen USD per kWh (2019). Ini menunjukkan penurunan yang sangat drastis turun dalam 10 tahun, turun hingga 82%. Ini memberi sinyal positif bahwa harga listrik surya semakin mampu bersaing dengan harga listrik fossil. Proyek PLTS terapung yang rencananya dibangun di Waduk Cirata Jawa Barat, malah lebih rendah, hanya 5,8 sen USD per kWh.

Skema pemanfaatan yang memungkin di Indonesia

  • PLTS ground mounted

Dengan luasnya daratan yang Indonesia miliki,  hanya sebagian kecil dari daratan ini yang digunakan. Lahan yang digunakan terutama lahan yang selama ini tidak digunakan. Misalnya lahan yang tidak cocok untuk pertanian, hanya ditumbuhi padang ilalang dan semak belukar. Kapasitas 1800 GWp PLTS membutuhkan sekitar 12 ribu km2 lahan daratan. Luasan tidak lebih dari 1% daratan Indonesia.

PLTS Likupang 21 MW (ground mounted) di Sulawesi Utara (esdm)
PLTS Likupang 21 MW (ground mounted) di Sulawesi Utara (esdm)
  • PLTS terapung di danau atau laut

Dengan luas danau sekitar 120 ribu km2, luas lautan internal dan laut kepulauan sekitar 3,1 juta km2, belum lagi waduk-waduk pembangkit listrik tenaga air, maka sangat luas permukaan air untuk penerapan PLTS terapung (floating solar PV) ini di Indonesia. Kapasitas 1800 GWp PLTS membutuhkan sekitar 8 ribu km2 lahan permukaan air. Tidak lebih dari 0,55 perairan laut Indonesia. Berikut ilustrasi penerapannya di negara lain:

PLTS dipasang terapung di permukaan danau (pvmagazine)
PLTS dipasang terapung di permukaan danau (pvmagazine)

PLTS terapung di laut, Kepulauan Maldives (swimsol.com)
PLTS terapung di laut, Kepulauan Maldives (swimsol.com)
  • PLTS terintegrasi bangunan (building integrated PV)

Gedung-gedung perkantoran, gedung pemerintah, gedung industri, rumah tinggal, pun bisa menjadi tempat dipasangnya panel surya. Bisa dipasang di atap, pada dinding bangunan (facade), atau terintegrasi dengan struktur bangunan lainnya. Berikut adalah ilustrasinya:

(www.electricaltechnology.org)
(www.electricaltechnology.org)
  • PLTS terintegrasi pertanian (agrivoltaic)

Skema lainnya yang dapat diterapkan adalah teknologi agrivoltaics, yaitu konsep menggabungkan penggunaan lahan pertanian dengan instalasi PLTS / solar PV (agriculture + photovoltaics). Pada lahan pertanian selain ditanami tanaman pangan, juga dipasangi panel surya. Panel surya seakan-akan menjadi kanopi bagi tanaman tersebut. 

Ini sangat menguntungkan bagi pemilik lahan pertanian, selain bisa mendapatkan hasil panen secara berkala, diperoleh juga energi listrik setiap hari. Penghasilan dari bertani ditambah dengan penghasilan dari listrik yang diproduksi. 

Ini secara keseluruhan meningkatkan produktivitas lahan tersebut. Menurut Peta Rupa Bumi Indonesia, negara kita memiliki luas lahan pertanian (padi, perkebunan, palawija, ladang) mencapai sekitar 700 ribu km2, sangat berpotensi menerapkan skema agrivoltaics ini.

Berikut model-model penerapan PLTS terintegrasi pertanian:


Agrivoltaic di Jepang (solarack.com)
Agrivoltaic di Jepang (solarack.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun