Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perang Opini Kubu "Renewables" dan "Fossil": Film "Sexy Killers" Versus "Planet of The Humans"

17 Mei 2020   11:38 Diperbarui: 18 Mei 2020   05:20 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Markus Spiske from Pexels 

Barrack Obama dan Al-Gore menjadi sasaran kritik juga. Kritik pada gencarnya pembangunan pembangkit listrik tenaga angin (wind power) dan pembangkit listrik tenaga surya (solar PV) disana. 

Film ini mempertanyakan mengapa 'renewable energy' terus dicitrakan ramah lingkungan, padahal sebetulnya juga tidak demikian! Teknologi renewables dikuliti kelemahannya.

Bagaimana bahwa sebetulnya mulai pembuatan bahan bakunya dan juga proses konstruksinya hingga menjadi pembangkit listrik, tetaplah mengandalkan energi fosil. Tetap ada emisi karbon dioksida disana. Lalu ramah lingkungan atau hijau nya dimana? 

Sumber: https://www.greenqueen.com.hk
Sumber: https://www.greenqueen.com.hk

Kritik pada PLTS:
PLTS Ivanpah 377 MW dengan teknologi 'concentrated solar power' juga jadi sasaran. PLTS yang dibangga-banggakan oleh Arnold Schwazeneger kala menjabat Gubernur disana. 

PLTS yang berada di Mojave Desert ini, tersusun dari ribuan cermin cekung untuk memfokuskan sinar matahari pada tower berisi air. 

Kehadiran PLTS ini harus diawali dengan land clearing pada lahan gurun, menyebabkan kerusakan ekosistem di lokasi pembangunannya. Selain itu, fasilitas panel surya juga ternyata menggunakan gas untuk memanasinya setiap pagi. 

Tak luput, proses penambangan bongkahan kuarsa atau pasir yang menjadi bahan baku pembuatan silikon juga mendapat kritik. Juga merusak alam. Sorotan juga ditujukan pada proses produksi 'solar sell' juga menggunakan energi batubara. 

Bongkahan kuarsa dibakar bersama-sama dengan batubara dalam tungku smelter pada proses pemurniannya. Belum lagi polusi logam berat berbahaya pada proses pembuatan tersebut. 

Kritik pada PLTB:
Belum puas dengan menyoal PLTS. Film ini juga mengkritik pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB). Pembersihan lahan perbukitan 'Mount Vermont' juga dikritik merusak lingkungan. Juga dikiritik, bahwa material karbon untuk baling-baling (turbin), sifatnya material langka di bumi. 

Proses mengambil dan mengolahnya juga boros energi. Lalu, kemana nanti limbahnya setelah turbin habis umurnya dan tidak lagi berfungsi. Kemana material-material lainnya pergi. Tentu energi yang tidak sedikit juga dibutuhkan untuk mengolah limbah pembangkit listrik 'renewable energy' ini.

Kritik pada pembuatan biofuel:
Pabrik ethanol yang sering disebut biofuel. Bahan bakar ramah lingkungan, juga tidak seindah sebutannya. Pabrik ethanol juga menggunakan energi batubara dalam proses pembuatan ethanol. Artinya ada emisi karbon pada prosesnya!

Kritik pada biomass:
Pembangkit listrik biomasa yang sedang 'booming' juga dihujani kritik. Switching dari membakar batubara dengan membakar kayu (wood) yang dicampur dengan potongan ban kendaraan dalam proses menghasilkan listrik. 

Artinya tetap saja mengemisi karbon seperti PLTU. Limbah pertanian atau industri kayu tidak lagi cukup, maka pohon dan hutan juga menjadi sasaran untuk mengambil kayu pohon. Lalu dimana letak 'green' nya?  Ini juga tidak ramah lingkungan. 

Kritik pada kendaraan listrik dan hidrogen:
General Electric yang mulai memasarkan mobil listriknya, ternyata juga tidak yakin jika 'charging' listriknya bisa dipasok oleh renewables. Mereka sendiri pesimis. Hal yang wajar, karena mereka produsen kendaraan otomotif, bukan mengurusi sumber listriknya.

Mobil listrik Tesla menggunakan alumunium juga disorot. Dalam proses pengolahannya, logam aluminium butuh energi 8 kali lebih besar daripada yang dibutuhkan baja. Energi ini berasal dari batubara. Demikian juga baterai Lithium yang digunakan, sangat bergantung pada penambangan bahan beracun yang berbahaya.

Kritik pada klaim perusahaan:
Kritik pada perusahaan Tesla dan Apple juga ditembakkan. Kedua perusahaan besar ini mendeklarasikan diri 100% menggunakan energi terbarukan. Apple, misalnya harus menebang hutan untuk memasang PLTS nya di North Carolina. 

Baik PLTS milik Apple ini, maupun Tesla Gigafactory di Nevada, nyatanya tetap tersambung dengan jaringan listrik konvensional (utility grid). Lalu dimana letak kehijauan-nya?

Kritik pada perayaan Earth Day:
Film ini ditutup dengan 'satire'. Konser perayaan Hari Bumi 'Earth Day' yang mengklaim bahwa acaranya dilistriki 100% dari solar PV, ternyata tetap menggunakan genset dan terhubung ke jaringan listrik setempat. Solar PV yang ada dibalik panggung hanya mampu menyalakan sebuah 'toaster'. 

Sedangkan konser sendiri dilistriki oleh genset tadi. Sponsor acara juga disorot. Toyota yang merupakan produsen kendaraan otomotif terbesar. Citibank yang turut mendanai proyek-proyek pembangkit listrik. 

Caterpillar yang membulodozer lingkungan dalam kegiatan proyek-proyeknya. Seakan mengatakan kok acara Hari Bumi disponsori oleh perusahaan yang bahkan tidak ramah pada bumi ini. 

Mungkin terinspirasi dari Sexy Killer, ada tersisip dokumentasi kondisi hutan Kalimantan. Terlihat sekeluarga Orangutan bergelayut di pohon yang rapuh, nampak kebingungan karena rumah-nya rusak. 

Didramatisir dengan kebakaran hutan, ditambah dengungan mesin 'chainsaw' saat pohon besar ditebang. Pohon roboh, dan menghilangkan tempat tinggal Oranghutan. 

Lalu tampaklah Orangutan lunglai tak berdaya menjadi korban manusia. Ini menjadi kritik juga bagi Indonesia terhadap pengelolaan hutan. Lagi-lagi saya menyarankan, silahkan tonton sendiri jika ini dirasa belum lengkap.

Dilema yang menjadi realitas!

Menonton dua film tersebut, membuat perasaan yang campur aduk. Bingung mau memihak yang mana. Energi fosil dicitrakan buruk, energi terbarukan juga diungkap sisi gelapnya pada kerusakan lingkungan. 

Saya menjadi teringat materi kuliah, ketika dulu pernah duduk sebentar kampus Ganesha, Magister Rekayasa Pertambangan di ITB. Dijelaskan oleh dosen pengajar, bahwa realitanya tidak akan pernah ada peradaban modern tanpa adanya mineral dan energi yang dikeruk dari bumi. 

Bayangkan jam tangan yang kamu gunakan. Bayangkan emas atau perak pada cincin, gelang, anting, perhiasan yang menempel ditubuh mu saat ini. Belum lagi smartphone yang kamu gunakan. Komputer yang kamu gunakan. Listrik yang kamu gunakan. Darimanakah semua itu berasal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun