Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jumpa Babu Cantik di Masjid Nabawi

29 Desember 2010   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:15 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dia kan mantan Babu...", iya tapi sekarang dah jadi Ratu soalnya ada Arab yang mau ngawinin dia...Beeh sekarang somse tralala banget deh gayanya, gak ingat asal-usul gitu....dasar kere munggah bale. Dialog yang baru-baru ini terjadi di Kompasiana malah membawa ingatanku  pada interaksi dengan TKW saat berUmroh.

--------------------

"Veen, kalau saya ingiiin sekali pergi Haji," kata Bu Ami - seorang klienku saat kuutarakan niatku untuk pergi Umroh. "Ya udah pergi aja Bu, wong duitnya ibu mencukupi buat pergi Haji satu eR Te gitu," jawabku. "Gak bisa Veen, itu duit ga halal," dan aku cuman tercengang seraya menunggu penjelasan dari dia. "Kamu tau TKW tuh sebenarnya diasuransikan tapi coba lihat kalau terjadi apa-apa sama dia, pasti pulang dengan sengsara. Padahal asuransi mengcover kepentingan dia disana," jelasnya. Haaah, gitu ya Bu...jadi kalau ada TKW yang sampai diseterika majikannya, dia dapat ganti rugi dong?, tanyaku. "Begitulah seharusnya tapi orang-orang seperti saya di sini "mengatur" premi TKW itu sehingga tak ada cover asuransi," jelasnya dan aku cuman bisa menarik napas dalam-dalam. Malamnya  temanku menjemput buat hangout dan kami menaiki mobil mewah dengan seri terbarunya, "Mobil baru nih, bisnis lancar  sepertinya." Dia ketawa-ketawa,"Veen, berasa gak aromanya rada lain." Aroma apaan....ini mah aroma pengharum mobil. "Mobil gue nih bau keringat babu lageee....ini hasil invest di bisnis TKW saudara gue," jelas dia sembari ngakak yang bikin bulu kudukku meremang.

-----------------------

Begitulah akhirnya aku berangkat Umroh dengan memakai Paket Low Budget seharga USD 900 untuk perjalanan selama 10 hari. Kami berangkat dengan pesawat Gulf Air menuju Jeddah. Rasanya kepergianku ini dengan langkah kaki kanan deh sebab ternyata bangku sebelahku kosong (satu-satunya yang kosong) sehingga aku bisa duduk selonjor dan tidur meringkuk selama sekian belas jam perjalanan. Pesawat singgah di Bahrain dan kami memasuki Bandaranya yang modern.... Duduk di ruang tunggu bersama puluhan wanita berwajah Melayu dan melihatku dengan pakaianku yang "unik", mereka langsung mengakrabkan diri. Tangan-tangan mereka langsung mengelus-elus baju... Yah ntuk berUmroh itu aku menjahitkan beberapa Abaya dari kain katun Batik, kainnya ini sengaja kupilih katun yang sebenarnya sering dipakai buat daster sebab kuperkirakan akan kepanasan saat berada di daerah gurun.  Karena bahannya yang  licin dan lemas itu, Abaya sengaja kubuat hanya sepanjang betis agar tidak menyapu lantai saat aku wudhu atau ke peturasan, di bagian dalamnya kupakai rok panjang atau celana serut dari katun. Sembari mengelus-elus bajuku, matanya kelihatan nanar dan sedikit kosong, aku pun bertanya"Mau kemana Mbak?",  "Kerja", Dimana?, Dia dan teman-temannya menjelaskan, ternyata mereka di tempatkan pada beberapa Negara. "Dah pernah jadi TKW sebelumnya?," aku bertanya lebih lanjut. Belum, jelasnya. Pantes matanya nanar gitu, pasti ada rasa was-was memasuki daerah dan pengalaman baru. Kami akhirnya berpisah dan saat naik ke pesawat ternyata sekarang ada rombongan pria berwajah tirus dengan mata besar dan dalam yang ikut. Kata ketua rombongan kami, mereka itu umumnya tenaga kerja dari Pakistan dan Bangladesh yang akan Umroh juga. Mendekati tempat tujuan, para lelaki itu langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian ihram yang sangat sederhana. Jika rombongan dari Indonesia selalu memakai pakaian ihram berbahan handuk maka rombongan TKP (Tenaga Kerja Pria) ini cukup memakai kain dari bahan tetoron yang guntingannya pun masih kelihatan dari helai-helai benang yang melambai. Akhirnya kami tiba di Jeddah dan perjalanan ke Madinah dilanjutkan via darat. Bus melintasi jalan yang licin dengan pemandangan gurun pasir di kiri kanan. Kami sempat singgah di suatu mushala berbentuk kotak kecil seperti yang ada di dongeng-dongeng 1001 malam, saat antre di peturasan kami bertemu dengan serombongan wanita Arab berpakaian Abaya hitam, sesekali mereka merapikan kain penutup kepalanya....wuah mereka cuman melilitkan kain hitam tersebut ke kepala tanpa peniti atau jarum pentul sama sekali. Salah seorang wanita itu membelai Abayaku yang melambai-lambai tertiup angin, "Indonesia?".  Hmmm seraut wajah Melayu tersembul di antara lilitan kain hitam, aku mengangguk dan kami saling bertukar senyum dan sapa. Dia menceritakan bahwa dia TKW yang akan Umroh bersama putri majikannya yang masih ABG - kami diperkenalkan. [caption id="attachment_82356" align="aligncenter" width="560" caption="koleksi adhe"]

12936051121216339958
12936051121216339958
[/caption] Akhirnya kami tiba juga di Madinah dan tiba-tiba hatiku seperti tersedot labirin menginjak kota tempat Nabi Muhammad SAW hijrah...tak terasa airmataku sudah mengalir deras, bahkan melihat gugusan batu-batu bercadas yang banyak teronggok pikiranku lagi-lagi melayang pada 14 abad lalu, Subhanallah..... sampai juga kakiku di tempat junjunganku. Airmataku tak pernah berhenti mengalir sepanjang perjalanan ibadah ..... aku seperti menapak tilas jejak-jejak Rasulullah....Dan akhirnya tibalah kami di hotel Sheraton Al Harithya yang dekat banget dengan Masjid Nabawi... Setelah berbenah sejenak kami diajak ke Masjid Nabawi.... Melintasi area berlapis marmer yang luas....panas yang memantul sukses membakar pipi. Walaupun cuaca panas tapi tak setetes keringatpun keluar....lagi-lagi seluruh bulu kudukku berdiri memasuki masjid nan agung dengan banyak tiang itu. Suasana sejuk di dalam, guci-guci plastik berisi air zam-zam dengan gelas plastik di sebelahnya berada di sepanjang koridor. Karpet tebal membuat nyaman kami duduk seraya membaca surat-surat Al Quran usai shalat. Lagi-lagi ada yang meraba bajuku...dan usai aku menyelesaikan bacaanku, tangan di sebelahku menyentuh tanganku. Saat kulihat ternyata dia TKW yang jumpa di mushala itu, dengan duduk bersebelahan gitu...aku bisa melihat dia dengan jelas. Tangan yang kuning langsat dilingkari beberapa gelang keroncong emas tersembul dari balik lengan baju hitamnya dan kuamati wajahnya, Subhanallah...dia cantik sekali. Kami bercakap perlahan, ini sudah tahun ke tiga bagi wanita keturunan Madura ini di Saudi. Aku masih takjub dengan kecantikannya serta kehalusan kulitnya yang bak pualam, akhirnya aku enggak tahan kutanyakan padanya, "Kowe ra pho pho to nduk? " (kamu baik-baik aja kan Neng?)...dia mengangguk-angguk sembari tersenyum, "Majikanku baik Mba, tugasku cuman melayani anaknya yang kemarin aku kenalin itu.." Aku masih takjub...."Tapi kamu cantik sekali...ga diganggu?", "Di rumah itu, suamiku jadi supir - bibiku jadi juru masak. Aku enggak sendiri...tenang Mbak, aku apik-apik wae kok,"dia meyakinkanku. "Mbak wis ke Raudhah (makam Nabi yang ada di Masjid Nabawi)," tanyanya. "Belum, kata tour leaderku besok aja sebab saiki dah nanggung....dah tutup lagi. Lagian aku gak tau jalannya..segini gedenya Nabawi." Masih ada waktu kok,  yuk aku anter...aku dah beberapa kali ke sana,: ajaknya yang segera kusambut. Kami bergegas sembari bergandengan tangan....dia bilang, "Kita kudu buru-buru nih." Gini aja deh, aku menunjukkan cara berlari cepat.....karena memakai kaos kaki tebal maka aku bisa berlari-lari dilanjutkan dengan meluncur  di atas lantai marmer seperti sedang bersepatu roda...dia ketawa dan mencoba mengikuti caraku tapi gak bisa karena dia tak memakai kaos kaki. [caption id="attachment_82357" align="aligncenter" width="560" caption="koleksi adhe"]
12936052071532287486
12936052071532287486
[/caption] Akhirnya kami sampai di Raudhah dan dia langsung menyuruhku sholat 2 rakaat seraya berdoa sembari dia berjanji akan menjagaku dari desakan massa yang berebut. Aku cuman bisa sholat sembari menitikkan air mata dan aku tak merasa perlu untuk meminta apapun pada Allah karena kusadar bisa sampai disini saja adalah karuniaNya yang terbesar....apa lagi sih yang aku cari. Usai aku sholat 2 rakaat itu, kami meninggalkan Raudhah dengan bergandengan tangan. Dia sudah janjian sama keluarga majikannya pada suatu spot di depan Nabawi. Kulihat spot yang berada di antara lampu-lampu itu menjadi titik temu bagi rombongan-rombongan lain. Para lelaki dengan wajah penuh penantiannya celingukan menunggu isteri, anak atau ibunya...karena kan memang dipisah tempat ibadah perempuan dan lelaki. Aku bertemu teman-teman serombongan dan perlahan kami berjalan menuju hotel yang dekat banget dengan Nabawi. Di lantai 4 aku sekamar berempat, dengan seorang Ibu yang sudah terpincang-pincang jalannya di temani anak perempuannya yang sebaya denganku, serta seorang bidan yang punya rumah bersalin megah....aku duduk di tepi jendela melihat keluar. Si Ibu Bidan sibuk mengelus-elus aku karena yah itu airmataku tak pernah berhenti bercucuran beliau sampai mengira bahwa aku menyimpan dosa terkelam dan sekarang sedang dalam tahap pertaubatan. Di pelataran hotel para lelaki Bangladesh sibuk menyapu pelataran dan tercetus dari mulutku..."Dari tadi di hotel ketemunya pria Pakistan dan Indiahe muslim, yang nyetir bus juga pria Indiahe, trus yang nyapu jalanan pria Bangladesh." Cowo-cowo Indonesia pada kemana ya...nunggu hasil dari bini yang bertaruh nyawa, trus dipakai kawin lagi?". Roomateku yang sebaya itu ternyata tamatan ITB dan kerja di Mattel Indonesia yang memproduksi boneka Barbie..."Mbak, aku kemarin training 3 bulan di Hongkong bergaulnya dengan TKW juga." Ouh iya....kehidupan mereka jauh lebih baik dari yang di Arab ya? "Sepertinya begitu, aku banyak gaul ma mereka. Tiap wiken banyak yang main ke apartemenku tapi kita harus tegas dengan mereka lho," katanya. Maksud loo? "Ada beberapa yang naksir aku dan kasih perhiasan emas....langsung aku tolak lah. Beberapa dari mereka jadi lesbian mbak." Aku terkejut dan mendengar ceritanya lebih lanjut. Aku merasa tak berhak membuat penilaian apapun pada mereka - who am I to judge? Aku cuman bisa merasa prihatin sungguh mengetahui betapa beratnya perjuangan kaumku untuk mencari sesuap nasi. Makanya aku heran jika masih ada yang mempersoalkan betapa hina dinanya pekerjaan Babu dan betapa mulianya status Ratu. Status Babu dijadikan celaan oleh sesame perempuan. Duhhh...betapa hati perempuan itu lebih kejam terhadap sesamanya ya? ---------------- Menceritakan perjalanan Umroh akan menjadi cerita yang panjang. Perjalanan dilakukan tahun 2005 sehingga sekarang sudah ada perbedaan biaya dan akomodasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun