Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sampai Seberapa Besar Sektor Komersial BULOG Bertumbuh?

16 Mei 2018   14:47 Diperbarui: 16 Mei 2018   15:03 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama saya tidak mendengar kiprah BULOG tepatnya  pasca Reformasi. Tiap kali ada operasi pasar, kalau di Jakarta yang turun tangan Pemerintah Provinsi. Menteri Pertanian sering naik panggung untuk membahas produk-produk pertanian. 

Ketika beras diributkan antara Pemerintah yang akan membuka keran impor sementara DPR menganggap pembukaan keran impor beras belum diperlukan, yang tampil di forum malah Menteri Perdagangan. Jadi ke manakah BULOG?

Event KITA Ngopiwriting  Kompasiana yang membahas  Strategi Bulog Perkuat Sektor Komersial pada tanggal 03 Mei 2018 di Kanakawa Cafe, Jakarta semacam menjawab pertanyaan-pertanyaan saya ini. Apalagi dalam brief jelas disebutkan bisnis komersial Bulog. Sepertinya ini merupakan line business baru dari Bulog.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Baiklah kita cermati paparan dari Bapak Tri Wahyudi  Saleh, Direktur Komersial Bulog.

Jadi rupanya seiring dengan reformasi tahun 1998 lalu Bulog juga mengalami perubahan fungsi yang cukup besar. Bulog yang tadinya LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) Multi Komoditas menjadi LPMD Pengelolaan Beras yang semuanya dituangkan dalam Letter of Intent dengan IMF.

Pada tahun 2003 badan usaha berubah dari LPMD menjadi Perusahaan Umum. Badan tahun 2015 Bulog diberi tambahan komoditas kelolaan menjadi Padi, Kedelai, Jagung. Pada tahun 2016 Bulog menjadi BUMN. Dan berdasarkan Perpres 48 tahun 2016 tentang Penugasan kepada Perum Bulog dalam Menjaga Ketahanan Pangan.

  • PSO
  • Melaksanakan stabilisasi harga beberapa komoditas mulai dari tingkat produsen, konsumen maupun menjaga stock pasa jumlah tertentu agar dapat melaksanakan operasi pasar jika dibutuhkan,
  • KOMERSIAL:
  • Perdagangan Komoditi
  • Unit Bisnis
  •  Anak Perusahaan dalam hal ini bergerak dalam jasa logistik.

Intinya, selain melaksanakan stabilisasi harga, Bulog juga harus mampu membiayai diri sendiri dimana ada 4.300 karyawan yang bergantung hidup pada Bulog.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Bagaimana Bulog Menjalankan Fungsi Komersialnya?

Dengan akses yang terbuka luas, baik pada Produsen maupun jalur distribusi, sebenarnya tidak terlalu sulit bagi Bulog untuk Goes Commercial, sehingga BULOG  berpeluang besar mendapatkan harga terbaik pada produk-produk komersialnya. Produk KITA BULOG juga melakukan kerjasama dan sinergi dengan BUMN dan pihak swasta untuk mendapatkan kualitas terbaik.

Menyasar sektor Horeka (Hotel, Restoran,Katering) sebagai pasar utamanya merupakan strategi yang ciamik. Hingga membuat tingkat penjualan Bulog terus meningkat dimana berdasarkan laporan keuangannya (belum ada laporan keuangan 2017).

2016: Rp. 34.761 (dalam Milyar  Rupiah)

2015: Rp. 32.278 (dalam Milyar Rupiah).

2014: Rp.26.562 (dalam Milyar Rupiah).

Uniknya, angka penjualan menanjak tajam justru di tahun 2015 (setahun sebelum Perpres 48 tahun 2016). Mungkin saat itu Bulog memang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi BUMN.

Bulog meraih laba usaha Rp2.382 (dalam Miliar Rupiah) pada tahun 2016 yang jauh lebih besar dibandingkan laba usaha Rp1.386 (dalam Miliar Rupiah) pada tahun 2015. Sayangnya laba usaha tersebut tergerus oleh beban lain-lain. Entah apa komponennya.

Bagi saya yang berasal dari Bank, dalam mengamati suatu usaha, selain penting mencermati  tingkat penjualan juga penting mencermati beban biaya. Sebab apa gunanya penjualan tinggi jika tidak menghasikan keuntungan.

Apalagi Bulog juga menggunakan pinjaman Bank dengan tingkat suku bunga komersial. Dan terlihat peningkatan cukup tajam kewajiban (hutang) dari tahun 2014 ke tahun 2015. Selidik punya selidik, pemegang saham juga menggelontorkan modal cukup besar tiap tahun. 

Rasio hutang mengecil hingga di bawah 70% dari total asset (pada tahun 2016) jadi di atas kertas Bulog merupakan perusahaan yang cukup sehat.

Lantas apa lagi yang dilakukan Bulog untuk meningkatkan omset bisnisnya?

Bulog merangkul masyarakat untuk menjadi mitra usaha Rumah Pangan Kita (RPK) di mana hanya dengan modal Rp5 juta, masyarakat sudah bisa menjual produk Kita (dari Bulog). Sudah ada 37 ribu outlet RPK yang tersebar.

Sebenarnya ini lebih dari 2 kali lipat outlet Alfamart yang 13 ribuan. Namun, omset Alfamart jauh lebih besar, nyaris dua kali lipat dari omset Bulog. Yah, RPK belum ada 5 tahun berdiri, sementara  Alfamart sudah jauh lebih lama.

Namun, seorang Anthony Robbins -- motivator internasional ternama pernah menjelaskan salah satu cara untuk mencapai sukses adalah dengan mengambil role model yang sudah sukses duluan. Demi mencapai jalan sukses yang sudah dirintis pemain terdahulu, juga untuk menghindari  kerugian yang pernah dirasakan pemain terdahulu.

Mungkin juga perlu dinaikkan syarat nominal untuk jadi RPK dalam arti agar bisa melakukan stok jenis barang yang lebih variatif, sehingga omset dari RPK  pada gilirannya akan meningkat.

Mitra supplier (untuk barang di luar brand Kita) kiranya tidak terbatas hanya dengan Transmart saja karena Transmart itu mahal, kumendan. Saya biasa beli keperluan rumah tangga di supermarket-supermarket low end seperti Hari-Hari, Naga, dan Tip-Top yang harganya bisa lebih murah 30% dari Transmart. Ingatlah kata mamah Dedeh, "Emak-emak beda harga Rp1.000.- aja akan pindah ke warung sebelah."

Saya pikir Bulog ini cukup cermat menengarai pasar, terbukti dari sudah dijadwalkannya pembuatan Website untuk RPK. Sebagai saran, mungkin harus dipikirkan juga supaya antar order via website tidak akan mematikan RPK.  Hal ini bisa diakali dengan pemberian harga yang beda atau mungkin dengan mengarahkan  order pada para RPK di sekitar pemberi order.

Alfamart yang bergerak dalam bisnis retail minimarket sendiri sudah memutuskan tidak akan agresif menambah outlet karena banyak outlet yang tutup akibat merugi. Sebaliknya mereka akan menggenjot penjualan secara online. Memang sebaran outlet Alfamart sunggguh tidak bijak.

Sering kali kita jumpai sesame outlet Alfamart dalam jarak 100 meter bahkan kurang. Akibatnya antar mereka saja sudah bersaing, belum lagi ada kehadiran Indomaret.

Positioning Produk Kita 

Saya sudah mendapat beberapa produk KITA dengan penjelasan pihak BULOG jika produk-produk itu termasuk kualitas premium dan saya percaya karena jika produk jelek hanya akan mencoreng nama BULOG sendiri.

Saya mencoba produk beras premium, memang berasnya putih dan pulen. Sampai besok pagi beras tetap bertahan dengan warna putih dan pulennya. Demikian juga dengan minyak gorengnya yang bisa dipakai hingga lima kali. Tentunya ini sangat cocok dipakai karena selain menjamin kesehatan fisik juga menjaga stabilitas dompet. 

Untuk makin memperkenalkan produk-produk tersebut, Bulog bisa mempromosikan secara digital. Banyak grup-grup masak di FB dengan anggota ratusan ribu yang bisa dirangkul untuk membuat makanan dengan memakai produk Kita, misal dengan perlombaan. Atau demo masak

Saya sendiri beberapa tahun lalu pernah berencana menjadi mitra RPK dimana ada dua lokasi, yang pertama ruko di jalan raya Condet yang kedua Masjid Abubakar, Otista. Dua-duanya terletak di jalan raya. Rencananya selain berjualan produk Kita, saya juga ingin berjualan produk dapur dan paling tidak sebulan sekali mengadakan demo masak agar menarik pembeli.

Mungkin Bulog juga bisa melakukan hal tersebut dengan skala lebih besar?

Saya termasuk yang antusias loh dengan adanya sector komersial dari Bulog ini, semoga sukses dalam menjalankan usahanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun