Mohon tunggu...
Dava Putra
Dava Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas muhammadiyah yogyakarta

hobi olahraga, konten pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Mantan Chef Madinah di Muktamar Muhammadiyah

6 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 6 Desember 2022   22:03 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
stand kuliner muktamar 48 muhammadiyah/dokpri

Surakarta -- Ahmad Nur dan Eva, tak disangka sepasang suami istri asal Jogja ini adalah mantan chef di Madinah yang kembali ke Indonesia sejak 2018 dan memutuskan untuk berwirausaha di bidang kuliner, yakni nasi Briyani. Mungkin ada yang belum tau apa itu nasi Briyani, nasi Briyani adalah makanan khas dari negara India, nasi Briyani ini bisa dibilang nasi Kebuli versi India. Dan inilah jalan hidup Ahmad Nur dan Elva, keluarga dengan 3 orang anak yang berusaha keras menghidupi keluarganya lewat nasi Briyani.

Ahmad Nur dan Eva diketahui merupakan chef yang bekerja diluar negeri, yakni di Madinah, mereka sudah cukup lama menekuni pekerjaan sebagai chef restaurant di Madinah. Namun, setelah kontrak kerja mereka habis, mereka memilih untuk tidak memperpanjang kontraknya dan  memutuskan untuk kembali ke Indonesia, karna tak ingin terus menjadi pegawai di bidang yang mereka geluti. Atas dasar motivasi tersebut, tercetuslah ide membuka usaha sendiri yang sesuai dengan pengalaman mereka  selama ini, yaitu dalam bidang makanan atau kuliner, di sisi lain mereka juga merasa sudah terlalu lama hidup di luar negeri.

Asal muasal tercetusnya ide untuk membuka usaha kuliner nasi Briyani ini karna basic Ahmad Nur dan Eva ini adalah seorang chef yang tentunya sudah berpengalaman di bidang kuliner, khususnya makanan olahan kambing  dengan ciri khas kaya akan rempah seperti: nasi Kebuli, nasi Briyani, nasi Kabsa, dll. 

Oleh sebab itu, mereka memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Awalnya Ahmad Nur dan Eva ingin membuka usaha nasi Kebuli, namun mereka melihat di Jogja sudah banyak outlet - outlet yang membuka usaha nasi Kebuli tersebut. Akhirnya mereka memikirkan cara untuk membuka usaha makanan yang basic olahannya sama dengan nasi kebuli. Tanpa sengaja mereka melihat salah satu orang yang berjualan nasi Briyani di Jalan Kaliurang dan ternyata cukup banyak peminatnya. Dari situlah Ahmad Nur dan Eva memantapkan diri untuk berjualan Nasi Briyani.

"Sebenernya waktu itu belum kepikiran mau jualan apa, tiba -- tiba kepingin jualan nasi Briyani. karena dulu di Jakal kan ada, ternyata rame. Sedangkan kami juga punya ilmu nya, waktu itu dari Madinah diajarin temen - temen dari India, akhirnya kami memutuskan untuk jualan nasi Briyani. Mungkin orang -- orang taunya kan nasi Kebuli, kalo nasi Briyani kan sedikit yang kenal. Jadi biar ngga terlalu banyak pesaing - pesaingnya gitu." ujar Eva.

Eva mengungkapkan dulu ketika ingin memulai usaha ini mereka terkendala oleh modal, diawali dengan modal 400 ribu untuk membuat gerobak motor yang itupun dibuat oleh temen suaminya dan alhamdulillah nya peralatan lain seperti wajan, kompor dll itu tersedia dirumah, jadi modalnya tidak sampai 1 juta untuk jualan pertama kali. Setelah cukup lama berjualan menggunakan gerobak, ternyata banyak peminat nasi Briyani ini. Dari situlah mereka berani membuka cabang satu demi satu sampai mempunyai 5 cabang, namun sayangnya pengembangan cabang itu tak bertahan lama. 

Kita tau, 2020 adalah awal terjadinya pandemic virus covid 19, yang mengharuskan pemerintah menerapkan psbb ( pembatasan sosial berskala besar ) dan meminta para pedagang untuk mulai berjualan online. Dari situlah semua cabang nasi Briyani mereka dipaksa tutup dan bangkrut. 

Namun mereka tak kehabisan cara, akhirnya mereka memilih untuk berinovasi dengan membuat menu paket nampan, hampers dan memfokuskan perjualan tersebut melalui online  atau pre-order, karna juga menyesuaikan keadaan pada saat itu. Nur ahmad dan Eva juga selalu ikut dalam acara event -- event besar islam sampai saat ini, salah satu contohnya muktamar muhammadiyah. Omset nasi Briyani ini juga lumayan besar dalam event-event seperti muktamar, penghasilan kotornya bisa sekitar 3 juta perhari. Apalagi saat tiba bulan Ramadhan, itu sudah menjadi berkah tersendiri bagi mereka, karena omsetnya bisa naik sampai 3 kali lipat dari omset jualan biasa.  

Tetapi dibalik lika -- liku kehidupan pasti ada keberkahan, keberkahan yang dirasakan oleh Ahmad nur dan Eva selama mereka berjualan nasi Briyani ini adalah, ternyata mayoritas pecinta nasi Briyani ini adalah orang -- orang muslim, jadi mereka tak hanya merasakan berkah dari jualan nasi Briyani ini, tetapi ada keberkahan lain yang mereka rasakan yaitu banyak saudara -- saudara muslim membantu mereka saat dalam kesulitan, yang sebelumnya mereka kenal lewat nasi Briyani.

"Masyaallah, ternyata pecinta nasi Briyani dominan muslim dan gara-gara jualan ini kami jadi  punya banyak saudara. Contoh kecil aja, pas saya lahiran banyak yang dateng, banyak yang peduli, kami juga sering diberi hadiah. Jadi kita seneng, gara-gara jualan nasi Briyani ini bisa banyak nambah saudara" ujar Eva.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun