Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perubahan Iklim Saja Tak Percaya, Apalagi Covid-19?

2 Agustus 2021   19:41 Diperbarui: 2 Agustus 2021   19:45 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masih saja ada orang yang tidak percaya dengan Covid 19, padahal korban sudah berjatuhan. Heran dengan fenomena itu? Jangan heran. Virus corona itu sangat-sangat kecil, tak terlihat dengan mata telanjang. Jangankan Covid 19, perubahan iklim yang akibatnya jelas-jelas terlihat di depan mata saja, banyak orang yang tak percaya kok.

Berita di berbagai media, baik online maupun televisi, mengabarkan adanya banjir bandang di Jerman  dan  Tiongkok. Padahal sebelumnya, badai panas juga terjadi di sebagian Amerika Serikat.  Ada apa ini? Apakah ini tanda-tanda kiamat?

Kiamat. Ya, hanya Tuhan yang tahu kapan kiamat itu terjadi. Namun, bencana banjir bandang di Jerman dan Tiongkok dan  badai panas di sebagian Amerika Serikat itu mungkin bukan tanda-tanda kiamat seperti yang ada di berbagai kitab suci agama. Bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini adalah tanda-tanda bahwa perubahan iklim memang sudah terjadi.

Bencana ekologi akibat perubahan iklim jelas-jelas terlihat dengan mata telanjang. Masihkah ada orang yang tak percaya?

Jawabnya singkat ada. Mereka yang tak percaya dengan perubahan iklim itu bukan dari kalangan kelas menengah bawah dengan pendidikan rendah. Mereka yang tak percaya perubahan iklim sebagaian besar adalah kelas menengah atas dengan pendidikan tinggi. Tidak percaya?

Para pemilik dan mereka yang ada di jajaran pengambil keputusan perusahaan-perusahaan tambang fosil fuel misalnya, jelas bukan dari kelas menengah bawah. Mereka pun memiliki pendidikan yang tinggi. Sebagian mereka adalah para lulusan perguruan tinggi ternama. Di depan jurnalis atau di forum-forum diskusi mereka dengan lantang bicara, bahwa mereka percaya perubahan iklim. 

Mereka juga mendukung aksi kolektif untuk menurunkan gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Tapi mereka tatap bekerja untuk mengeruk energi kotor dari dalam bumi untuk kemudian emisinya mempercepat terjadinya perubahan iklim.  Pendek kata, perubahan iklim hanya ada di mulut, bukan di hati dan pikiran. 

Hanya mereka kah kelas menengah berpendidikan tinggi yang tidak percaya perubahan iklim?

Tidak. Bacalah laporan lembaga urgewald yang berbasis di Jerman menunjukkan sebanyak 6 (enam) bank nasional Indonesia tercatat masih memberi pinjaman ke perusahaan batu bara yang terdaftar pada Global Coal Exit List (GCEL) 2020, selama periode Oktober 2018 hingga Oktober 2020. Keenam bank nasional tersebut antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, BTN, dan Indonesia Eximbank.

Apakah para direksi dan komisaris bank tersebut dari kelas bawah dan berpendidikan rendah? Tidak. Mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Mereka pasti pernah mengetahui tentang perubahan iklim dan bahayanya. Tapi mereka tetap saja menggelontorkan pinjaman untuk mendanai proyek-proyek yang membahayakan keselamatan umat manusia karena ancaman perubahan iklim.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun