"Oh ya, ngomong - ngomong kemana jalan menuju ke daratan? Aku ingin kembali kesana."
"Biar aku antar kau. Kalau kau berjalan sendiri, para penonton tadi bisa menangkapmu.."
"Tunggu dulu. Aku dan kau baru kali ini ketemu, dan aku sudah mengacaukan balapanmu, tapi kenapa kau malah menolongku?"
Si nona mengedip -- ngedipkan kedua matanya selama beberapa saat.
"Hemmm.. Menolong ya? bagaimana menjawabnya ya.."
Si nona bertopang dagu sebentar, lalu berkata.
"Mungkin begini.. Dulu.. aku punya beberapa teman. Mereka mengajariku caranya menjinakkan ikan liar, menunggang ikan dan bagaimana cara memenangkan balapan. Setelah itu, aku ikut balap ikan itu dan kadang menjadi juara. Â Aku bangga, senang dan terus terpacu untuk latihan."
Setelah memperlihatkan beberapa piala kemenangannya, nona itu meneruskan.
"Lalu suatu hari aku merasa, kalau tidak ada mereka yang mengajariku, tentu aku tak bisa menjadi juara. Sampai akhirnya aku ingin memberi sesuatu kepada mereka, sebagai bentuk terimakasih. Tapi sayangnya, sebelum itu terwujud, satu per satu mulai tiada."
"Tiada bagaimana?"
"Mereka ada yang pindah ke sungai lain. Ada juga yang sudah tutup usia. Padahal aku belum memberi apa -- apa kepada mereka. Sejak itulah aku ingin menebusnya, dengan cara menolong siapapun yang bisa ku tolong."