Umbi itu memanjangkan sulurnya, dan dari pusaran lubang tadi, tampak sebuah sulur tanaman di dunia nyata juga ikut memanjang.
"Kau bisa menghiasi desamu dengan sulur -- sulur itu dari sini. "
Karena ingin membuat desa itu hijau dan asri, tanpa ragu si nona menyentuh sulur -- sulur itu. Berkat tangan ajaibnya, mereka jadi hidup, melata dan bergerak kesana - kemari. Dari dalam tanah juga keluar umbi -- umbi tanaman. Rombongan tanaman itu berjalan ke daerah seberang.
Tanpa diketahui si nona, sulur dan umbi itu dengan ganas menyerang bunga -- bunga lain yang ada disana. Dahlia, melati, dan anggrek jadi layu setelah diserang mereka. Semakin banyak bunga disana mati, maka semakin luas sulur dan umbi menghiasi tempat itu.
Karena dunia bunga tersambung dengan dunia nyata, kejadian itu juga berakibat di tempat tinggal si nona. Akibatnya, bunga -- bunga di dunia nyata juga ikut mati. Tubuh mereka susut akibat dililit sulur itu. Tanaman lain juga layu dihantam oleh umbi -- umbi itu.
Kini desa itu gersang. Bunga banyak yang mati. Pohon banyak yang tinggal rantingnya saja. Â Hewan ternak seperti kambing dan sapi kesulitan cari makan. Jumlah mereka terus berkurang, sehingga membuat warga desa itu kekurangan bahan makanan.
Namun di saat  mereka susah, ada seseorang yang puas melihat kejadian itu. Si nona telah memulai membangun mimpinya menjadi nyata. Kini ia tak tinggal di desa lagi, tapi tinggal di dunia bunga. Ia ingin menjadikan tempat itu dipenuhi banyak tumbuhan hijau dan rimbun, dibantu oleh sulur -- sulur tanaman mandrake yang terus mengobrak -- abrik tanaman lain tanpa sepengatahuannya.
Tamat
Cerita sebelumnya:
Si Nona Kebun dan Tangan Ajaibnya