Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sulur-sulur Pendusta

11 Mei 2021   01:22 Diperbarui: 11 Mei 2021   02:02 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman pendusta. (Sumber Ilustrasi: Pixabay)

Umbi itu memanjangkan sulurnya, dan dari pusaran lubang tadi, tampak sebuah sulur tanaman di dunia nyata juga ikut memanjang.

"Kau bisa menghiasi desamu dengan sulur -- sulur itu dari sini. "

Karena ingin membuat desa itu hijau dan asri, tanpa ragu si nona menyentuh sulur -- sulur itu. Berkat tangan ajaibnya, mereka jadi hidup, melata dan bergerak kesana - kemari. Dari dalam tanah juga keluar umbi -- umbi tanaman. Rombongan tanaman itu berjalan ke daerah seberang.

Tanpa diketahui si nona, sulur dan umbi itu dengan ganas menyerang bunga -- bunga lain yang ada disana. Dahlia, melati, dan anggrek jadi layu setelah diserang mereka. Semakin banyak bunga disana mati, maka semakin luas sulur dan umbi menghiasi tempat itu.

Karena dunia bunga tersambung dengan dunia nyata, kejadian itu juga berakibat di tempat tinggal si nona. Akibatnya, bunga -- bunga di dunia nyata juga ikut mati. Tubuh mereka susut akibat dililit sulur itu. Tanaman lain juga layu dihantam oleh umbi -- umbi itu.

Kini desa itu gersang. Bunga banyak yang mati. Pohon banyak yang tinggal rantingnya saja.  Hewan ternak seperti kambing dan sapi kesulitan cari makan. Jumlah mereka terus berkurang, sehingga membuat warga desa itu kekurangan bahan makanan.

Namun di saat  mereka susah, ada seseorang yang puas melihat kejadian itu. Si nona telah memulai membangun mimpinya menjadi nyata. Kini ia tak tinggal di desa lagi, tapi tinggal di dunia bunga. Ia ingin menjadikan tempat itu dipenuhi banyak tumbuhan hijau dan rimbun, dibantu oleh sulur -- sulur tanaman mandrake yang terus mengobrak -- abrik tanaman lain tanpa sepengatahuannya.

Tamat

Cerita sebelumnya:
Si Nona Kebun dan Tangan Ajaibnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun