"Itu sebabnya kita mencarinya saat malam. Karena saat malam, tempat ini jadi gelap. Jadi kita tinggal menunggu sinarnya datang."
"Sinar apa? Satu -- satunya sinar yang mungkin datang adalah dari obor kita. Dan kau bilang jangan menyalakannya."
"Ya. Karena cahaya itu tidak datang dari obor. Tapi dari dalam tanah."
"Hah?"
"Lihat ke tengah kuburan itu."
Pemakaman yang tadinya gelap gulita, kini berubah dikelilingi bintik -- bintik cahaya kuning. Jumlahnya sedikit, tapi makin lama makin banyak, sehingga kelap -- kelip cahaya itu membuat kuburan menjadi berpendar dan terlihat menyala.
"Kunang -- kunang. Orang bilang kunang -- kunang adalah kuku orang mati. Tempat orang mati adalah kuburan. Dan di sekitar puncak ini, hanya ada satu kuburan. Kuburan inilah yang dimaksud bait pertama puisi itu." Kata si pemandu.
"Jadi bait pertama itu maksudnya kuburan yang dipenuhi kunang -- kunang ini?"
"Begitulah."
"Lalu dimana air terjunnya?"
"Kita akan mencarinya lewat bait kedua dan ketiga."