Hijau dan retak
Tembok di depanku
Menggaris bagai pinggir kertas
Berliku bagai tulisan kuku
Tetes air terdengar
Burung wakwak berjaga
Bau kenanga tercium
Aku berdiri di pinggir pintu
Menghitung decak cicak
Dan menggores bintang
Kenapa aku takut
Kehilangan tembok
Kalau retaknya
Membuatku utuh dan penuh?
Aku tahu jawabnya, sebenarnya
Namun aku juga tahu
Itu akan memancing tanya
Lagi dan lagi
Tak terasa
Jam di dinding berputar lebih cepat
Aku ingat dulu
Ia bagai keong berpindah
Sekarang keong itu masih pindah
Tapi lebih dekat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!