Matahari sedang terik. Apalagi sekarang bulan ke Sembilan. Setiap tahun, bulan ke Sembilan adalah hari paling cerah.
Sawah itu berpadi hijau. Terdengar suara cenggeret dan jangkrik.
Terung, cabe, dan kacang -- kacangan tersebar di mana -- mana. Ia melewatinya dengan mantap, sambil membawa sebilah pedang ringan yang terbuat dari besi murah.
Dia berjalan kaki ke sebuah pondok. Pondok itu terbuat dari kayu, disusun secara sederhana. Setelah tiba disana, ia merunduk dan menemukan sebuah lubang.
Lalu ia masuk ke lubang itu. Ia berjalan menuruni lubang itu. Dan menemukan seekor naga yang berdiam diri.
Dari jauh, kedua mata naga itu terpejam. Dari hidungnya keluar hawa hangat tipis. Keempat kakinya saling tertekuk, dipayungi oleh kedua sayapnya yang lebar.
Pemuda itu mengendap -- endap. Ia bagai maling yang ingin mencuri harta seseorang. Dan memang pemuda itu memang ingin mencuri sesuatu dari naga itu.
Ia ingin mencuri telur emas. Telur emas yang bisa menyembuhkan sakit seseorang. Dan telur emas itu sekarang ada di balik punggung naga itu.
Ia terus mengendap -- endap. Namun tanpa sengaja, ia menginjak sebuah ranting kecil.
"Krekk.."