Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Koma

21 Oktober 2020   03:42 Diperbarui: 21 Oktober 2020   04:11 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lambat laun namun pasti, jemari menari bersama senja
Penaku belum kering, ujung lancipnya masih tinggal di pulau kertas
Kusaksikan ia meliuk bagai ular mengejar belut sawah
Gesit dan tiba - tiba, menghentikan jam di seluruh dunia

Koma demi koma kulalui, namun aku masih bernyawa
Hidup bagai sakelar lampu, yang sekali menyala sekali sia - sia
Hingga kutunggu sebuah titik, yang tak kunjung tiba

Aku terus mengeja waktu yang sudah kadaluarsa
Dan menyulam kenangan demi sebercak kain harapan
Karena ketidaktahuan adalah pengetahuan
Dan kepolosan adalah kekuatan

Aku terus melangkah keluar, demi menemukan kedalaman
Aku bergelayut di palung curam, hanya untuk kembali ke teluk dangkal
Tak bisa lagi kuterima, tentang segala sesuatu yang bisa kulakukan
Dulu aku senang bermain komedi putar
Namun kini aku gemar bermain apapun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun