Saat tetes - tetes ampas hujan berayun lembut di telinga mungilku
Dan deru angin membelai kulitku
Dini hari terasa harum oleh semerbak kembang anugerah
Memekarkan kelopak - kelopak cinta, dan membuahkan daging - daging kasih
Lantas ku ingat idiom lama, "Musuh terbesar adalah diriku"
Kalau demikian, musuhku adalah temanku
Karena pengakuan kan melunakkan
Bagai kayu kasar diampelas, dan serbuk bijinya berguguran di padang basah
Kan kuingat rasa ini, dan kujangkarkan di palung hati
Agar senada dengan aliran hujan, dari laut menuju laut
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!