Mohon tunggu...
Dominikus Daud Wuring
Dominikus Daud Wuring Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang guru sekolah dasar yang mengabdi kepada penerus bangsa melalui pengajaran dan penulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membangun Negeri Bersama FWD Life

16 Januari 2017   05:58 Diperbarui: 16 Januari 2017   06:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan Indonesia di saat ini mengalami tantangan yang sangat berat. Hal ini terbukti dari data yang di keluarkan oleh UNESCO yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat ke 69 dari 127 negara. Realita pendidikan di Indonesia yang tidak seimbang ini dikarenakan jumlah guru yang tidak merata, jarak dan bentang alam yang berbeda-beda  menyebabkan pendidikan tidak tersentuh hingga daerah pinggiran seluruh Indonesia. Maka tidak dipungkiri lagi pendidikan di Indonesia khususnya provinsi Kalimantan Barat menjadi barang langka dan mahal untuk di dapatkan. 

Hal itu yang aku rasakan sebagai pendidik yang telah mengabdi hampir dua tahun di pedalaman Kalimantan Barat. Sebenarnya tempat tugasku sebagai guru kontrak di pedalaman Kalimantan Barat tepatnya di kabupaten Sintang tidak begitu jauh. Jarak yang ditempuh untuk mencapai dusun Jelawai berkisar 4 – 5 jam melalui jalan negara yang masih berstruktur tanah yang tidak stabil, 

atau melalui jalan pintas yang teksturnya masih tanah dan berbatu yang dikelola oleh perusahaan sawit kurang lebih 1,2 jam – 2 jam tergantung kondisi cuaca dan jalan yang aku tempuh dari kota sintang. Hanya saja, bentang alam menuju dusun Jelawai yang membuat jalur yang aku tempuh mempunyai tantangan dan resiko tersendiri.

(foto jalan raya jarak tempuh 20-30 menit)
(foto jalan raya jarak tempuh 20-30 menit)
(foto jalan sawit jarak tempuh 50 menit – 90 menit)
(foto jalan sawit jarak tempuh 50 menit – 90 menit)
Kecintaanku pada pendidikan di Jelawai dan kerinduanku pada keluarga di Sintang membuatku merasa harus memilih salah satunya. Jika aku tetap memilih keluarga maka tenaga pendidik berkurang dan menggangu kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun, jika aku memilih pendidikan maka kerinduanku pada keluarga semakin bertambah. Untuk itu, aku memilih bertahan untuk kedua-duanya dengan cara berangkat kerja dari Sintang ke Jelawai pada pagi harinya dan pada siang harinya aku kembali ke keluargaku di Sintang. Sebelumnya, selama kurang lebih beberapa bulan yang lalu aku berangkat menuju sekolah dari Sintang ke Jelawai pada hari senin dan pulang ke keluarga di Sintang pada hari sabtu siang.

Karena kecintaanku tidak hilang dan kerinduanku telah terobati dengan cara pergi pulang dari rumah kurang lebih 70-90 menit. Maka ada kepuasan dan semangat yang aku dapatkan dalam hidup ini. Namun, dari semua itu ada resiko yang selalu mengintai dalam hidupku. Resiko itu adalah maut yang selalu mengintaiku dalam perjalanan menuju tempat aku berkerja ataupun pulang kerja. Tentu saja resiko tersebut bisa saja terjadi kapan saja dan dimana saja lokasinya.

Salah satu resiko yang pernah aku alami saat aku mengalami kecelakaan tunggal menuju sekolah. Kejadian tersebut terjadi pada hari sabtu pagi sekitar jam setengah tujuh pagi. Aku memacu kendaraan dengan sangat cepat diantara 70-80 km/jam di jalan yang bergelombang dan berpasir. Karena jalur sawit yang aku lewati adalah jalur lurus. Maka, aku beranggapan jalur tersebut sangat baik. Karena jalan lurus dan kecepatanku di atas 70km/jam, aku tidak melihat lubang lebar sekitar 40-50 cm dan ke dalam sekitar 60 cm. Akhirnya aku terjatuh dan terpental kedepan motor, belum sempat aku berdiri, tanpa aku sadari bagian kaki hingga pahaku tertimpa oleh motor. 

Aku berusaha berdiri dan mengeser kendaraanku. Aku lihat stang motor yang bengkok, spakboard yang patah, knalpot retak dan harus diganti, sepion patah, body motor yang lecet dan patah. Karena peristiwa itu, aku tidak masuk selama satu minggu dan harus menganti kerusakan motor hingga 1 jutaan lebih. Sedangkan aku di rawat ke puskesmas karena siku, lutut, pinggul, dan kakiku terluka. Aku bersyukur tidak perlu opname di rumah sakit. Dokter juga mengijinkan aku pulang pada hari itu juga karena luka yang aku derita tidak begitu serius. Hanya saja biaya yang aku keluarkan kurang lebih empat ratus ribuan. Untuk guru honor daerah, uang tersebut sangat besar nilainya. Namun, mau bagaimana lagi. Jika aku tidak berobat, maka luka yang aku derita akan mengalami infeksi.

(kendaraanku setelah kecelakan)
(kendaraanku setelah kecelakan)
(kendaraanku setelah kecelakan)
(kendaraanku setelah kecelakan)
Akibat kejadian tersebut, aku harus selalu waspada dalam perjalanan. Apalagi aku mempunyai keluarga yang selalu menunggu di Sintang. Jika hal terburuk terjadi pada diriku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan keluargaku maupun masa depan aku dan keluarga. Berkaca dari peristiwa itu. Maka, aku harus pintar dan cerdas dalam mengelola pendapatanku tiap bulannnya agar gajiku tidak habis untuk kesehatanku saja dan perbaikan motor yang tidak tahu kapan waktunya. Namun gajiku harus mencukupi buat keluargaku juga.

            Dalam mengelola pendapatanku saat ini. Aku berusaha sedikit menyisihkan gajiku untuk dana darurat untuk menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan. Namun, menyisihkan tiap bulan jika kejadian tersebut sering terjadi apalagi jika ada kejadian yang berbahaya dan tidak menjamin apa yang aku sisihkan tiap bulan tidak mampu memberikan kesejahteraan buat aku, keluarga dan kendaraanku. Oleh karena itu, aku harus mempercayai ansuransi jiwa dalam mengelola gaji yang aku sisihkan tiap bulan agar aku dan keluargaku dalam menjalani kehidupan selalu aman dan nyaman. Salah satu ansuransi jiwa yang tepat dalam mengelola gaji yang telah aku sisihkan adalah ansuransi jiwa FWD Life. 

Ansuransi jiwa FWD Life  merupakan perusahaan ansuransi yang memberi perlindungan dari resiko ekonomis akibat kecelakaan atau meninggal seseorang. Ada banyak alasan mengapa FWD Life dipercaya dalam mengelola gaji yang aku sisihkan tiap bulan untuk kenyaman dan ketenangan aku dan keluargaku, yakni FWD Life memiliki ansuransi tambahan Accindental Dead & Disablement Benfit. Dengan adanya FWD Life yang memiliki ansuransi tambahan Accindental Dead & Disablement Benfit, maka pihak FWD Life memberikan nilai uang pertanggungjawaban sampai dengan Rp 2 miliyar. Tidak hanya sampai di situ saja. 

FWD Life memberi pertanggungjawaban hingga aku berusia 80 tahun. Padahal, usia produktif orang Indonesia berkisar dari 20 – 50 tahun atau selama aku bekerja. Jadi, saat kita berada di usia manula atau pensiun, FWD Life tetap memberikan jaminan pertanggungjawaban hingga Rp 2 miliyar. Lalu bagaimana dengan ansuransi kecelakan lalu lintas seperti yang telah aku alami?. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun