Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Perang Terbuka Prabowo-Sandiaga Versus Paloh-Anies

6 Maret 2023   09:04 Diperbarui: 6 Maret 2023   10:55 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Kabar24.bisnis.Com

"Kalaupun Anies Baswedan sudah jadi keputusan politik Nasdem dan kawan-kawan, ya kita hormati.   Ya sudah kita hadapi..."  (PRABOWO SUBIANTO).

Ada pesan menarik, tegas dan secara implisit bernada jiwa kenegarawanan ditunjukkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam menyikapi sepak terjang Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh dan pendukung Anies Baswedan belakangan ini.

Prabowo Subianto sendiri sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, dan sebagai seorang politisi yang memiliki jam terbang tinggi semakin menunjukkan sikap tegas terhadap prinsif utama yang dipegangnya dengan teguh.

Pertemuan Prabowo Subianto dengan Surya Paloh di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/3/2023), memperlihatkan bahwa Prabowo Subianto sangat menghormati kunjungan Surya Paloh,di sambut dan di jamu dengan baik, tetapi  ketika bicara dengan media Prabowo Subianto menyampaikan narasi yang secara impilisit penuh dengan makna terselubung yang perlu dipahami secara mendalam.

Pertemuan ini walaupun nampak secara kasat mata baik-baik saja, namun jika ucapan Prabowo Subianto disimak dengan cermat sebenarnya penuh dengan ungkapan yang sarat dengan bahan permenungan, serta bagaikan sindiran halus bagi Surya Paloh maupun terhadap Anies Baswedan.

Ucapan Prabowo Subianto yang menarik disimak dan dimaknai sebagai bahan refeleksi bagi Anies Baswedan, diantaranya ucapan Prabowo Subianto yang mengutarakan "Kalaupun Anies Baswedan sudah jadi keputusan politik Nasdem dan kawan-kawan, ya kita hormati. Ya Sudah kita hadapi, rakyat yang pilih, rakyat yang akan pilih".

Dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Surya Paloh, kali ini Prabowo Subianto saat berbicara nampak jelas lebih banyak mengutarakan tentang prinsif dan sikap yang dipilihnya, selain mengatakan siap menghadapi Anies Baswedan, Prabowo Subianto juga menyampaikan bahwa dirinya menginginkan calon wakil presiden yang akan mendampingi dirinya maju di Pilpres 2024 harus memiliki kriteria harus menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kemudian Prabowo Subianto menegaskan "Harus warga negara Indonesia yang komit Pancasila, Itu bagi saya tidak dapat di tawar". 

Menjadi pertanyaan, kenapa tentang kriteria bakal calon wakil presiden pendampingnya justru disampaikan dalam momen pertemuannya dengan Surya Paloh ? 

Bukankah itu sebuah narasi yang ganjil disampaikan di samping Surya Paloh yang jelas merupakan seorang tamu yang bukan mitra koalisinya, dan "hanya melakukan kunjungan biasa-biasa saja, bahkan terkesa basa-basi belaka".

Dari sekian banyak pertemuan yang dilakukan Surya Paloh dengan tokoh-tokoh politik, bisa dikatakan pertemuan dengan Prabowo Subianto kali ini merupakan pertemuan yang paling tidak memberi kesan menyenangkan, karena dari beberapa ucapan Prabowo Subianto nampak jelas sikap tegas menarik garis pemisah diantara mereka, sehingga pertemuan itu bukannya menunjukkan hasil yang baik, tetapi malah terkesan menyindir Surya Paloh sendiri.

Hal itu juga dapat terlihat dari ucapan Prabowo Subianto yang kemudian mengatakan,  "Bahwa persaingan, rivalitas itu perlu, bahwa juga kita tidak perlu takut dengan oposisi, tapi oposisi yang selalu konstruktif, selalu damai, dan selalu dalam kerangka NKRI, dan selalu dalam kerangka Pancasila, selalu dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika".

Bukankah dari ucapan Prabowo Subianto tersebut jelas terungkap bahwa dirinya menganggap Surya Paloh tidak ubahnya sebagai pihak oposisi dengan mengusung Anies Baswedan dan berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PKS.

Kemudian Sandiaga Uno ketika ditanya tentang peluang dirinya dipasangkan dengan Anies Baswedan sebagai calon presiden dengan tegas mengatakan, "Dirinya saat ini merupakan seorang menteri dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan dirinya saat ini berada dibawah naungan Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto".

Bahkan Sandiaga Uno kemudian dengan sangat terbuka mengatakan ""Saya pernah bermitra dengan Pak Anies pada saat Pilgub 2017, dan menuai hasil yang positif. Namun, kami sekarang berbeda tugas," kata Sandiaga Uno dalam keterangan kepada Kompas.com, Jumat (3/3/2023). 

Sandi menyebut, konsep kepemimpinan Jokowi harus diteruskan presiden berikutnya. Koalisi yang mengusung Anies diketahui tengah menggaungkan narasi 'perubahan'. Adapun Sandi disebut memiliki pandangan berbeda terkait narasi kepemimpinan presiden ke depan. "Jadi, tentunya dengan narasi yang diusung itu adalah narasi bagaimana pembangunan yang sudah dilakukan delapan tahun lebih ini bisa percepat, bukan kita ubah, tapi justru kita akselerasi, bukan kita ganti arahnya," ujar dia.

Ucapan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno ini jelas memperlihatkan bahwa keduanya tidak memiliki keinginan untuk berkoalisi dengan Surya Paloh atau Kolaisi Perubahan, terutama dengan Anies Baswedan.

Dengan demikian apa yang ditawarkan pihak koalisi perubahan terhadap Sandiaga Uno untuk dipasangankan dengan Anies Baswedan sesunggunya memperoleh penolakan secara tegas.

Artinya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menunjukkan sikap dan keputusan yang tegas berseberangan dengan Anies Baswedan, dan hal itu disampaikan dengan bahasa yang jelas dan tegas, bukan lewat cara halus dan basa-basi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun