Prabowo Subianto Ketum dan Capres Partai Gerindra, di Surabaya, Senin (13/2/2023), menjamu makan malam Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan berbicara empat mata di ruang tertutup.
Pertemuan itu tentu mengundang perhatian publik karena dikaitkan dengan Pilpres 2024, dan nasib Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang selama ini digadang-gadang sebagai Cawapres Prabowo Subianto.
Momen pertemuan di Surabaya ini tidak lama berselang dengan pertemuan Muhaimin Iskandar bersama Ketua Umum Golkar di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Asumsi publik akhirnya menduga-duga pertemuan yang dilakukan atas undangan Prabowo Subianto terhadap Khofifah sebagai sebuah sentilan kepada Muhaimin Iskandar yang selama ini memposisikan diri sebagai representasi kaum Nahdliyin untuk mencalonkan diri sebagai Cawapres.
Belakangan ini memang keberadaan Muhaimin Iskandar sebagai bagian keluarga besar dan representasi NU memperoleh banyak cobaan dan menimbulkan tanda tanya besar.
Tidak hadirnya Muhaimin Iskandar di perhelatan besar Harlah NU se-Abad menimbulkan polemik dan seakan jadi pertanda ada ketidak harmonisan antara Muhaimin Iskandar dengan Elit Pimpinan PB NU.
Padahal sebelumnya Dewan Syura PKB menggelar Ijtima Ulama Nusantara, di Hotel Milenium Jakarta (13-13/1/2023) yang di klaim sebagai pertemuan para Kiyai Nu dan menghasilkan rekomendasi mendukung dan mendesak Muhaimin Iskandar sebagai Capres besutan PKB, dan merupakan sebuah sinyal mendesak Partai Gerindra dan Prabowo agar segera mendeklarasikan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Tetapi kemudian beberapa kalangan petinggi PB NU menanggapi rekomendasi tersebut dengan sinis dan mengatakan agar tidak ada partai politik membawa-bawa nama NU ke ranah politik terutama Pilpres. NU independen dan warga Nahdliyin dianggap sudah pintar sehingga paham persis siapa sesungguhnya pigur politisi yang bisa memahami dan representasi NU.
Kedua peristiwa tersebut memojokkan posisi Muhaimin Iskandar dan menimbulkan tanda tanya sejauh mana keberadaan Muhaimin Iskandar mampu sebagai pigur representasi Nahdliyin serta seberapa besar suara NU bisa memilih Prabowo Subianto.
Ditengah dugaan polemik Muhaimin Iskandar dengan kalangan NU maka wajar jika Partai Gerindra dan Prabowo Subianto melakukan perhitungan ulang dan menimbang kembali potensi Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres yang mampu mendulang suara tambahan.