Dan kemudian Anies Baswedan menegaskan adanya kriteria tambahan yang mesti terpenuhi, yaitu adanya "chemistry dwi tunggal".
Ironisnya, Agus Harimurti Yudhoyono Ketua Umum Partai Demokrat yang ingin diusung sebagai calon wakil presiden dalam merespon belum terwujudnya kepastian koalisi yang diberi nama "Koalisi Perubahan" justru mengangkat kepermukaan isu bahwa ada pihak tertentu menginginkan agar koalisi tidak terjadi. Â
Menjadi sebuah keanehan tersendiri memang apa yang disampaikan oleh Agus Yudhoyono Harimurti yang terkesan selalu mencari kambing hitam menjadikan pihak yang berada diluar dirinya sebagai penyebab lambannya terwujud keinginannya.
Padahal jika disimak secara teliti, sejak awal justru Agus Harimurti Yudhoyono yang memilih jalan dan cara berbeda dengan kerangka berpikir calon mitra koalisinya, khususnya Partai Nasdem, dimana sejak awal Agus Harimurti Yudhoyono ngotot meminta agar diputuskan terlebih pasangan Anies Baswedan dan Wakilnya sebagai syarat kesiapan Partai Demokrat melakukan deklarasi koalisi maupun deklarasi pasangan capres usungan mereka.
Sudah barang tentu permintaan itu secara inplisit mengandung muatan kepentingan untuk memastikan dirinya sendiri diterima atau tidak sebagai calon wakil presiden pasangan Anis Baswedan.
Kerangka berpikir inilah yang ditangkap oleh Ahmad Ali sebagai sinyal bahwa Partai Demokrat sesungguhnya memaksakan diri menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai wakil Anies Baswedan, dan menjadikannya sebagai syarat maupun bergaining power untuk sepakat atau menolak ikut koalisi.
Tawaran berbentuk tarik ulur itu memang memiliki nilai jual yang mesti dipertimbangkan dan dikalkulasikan dengan matang oleh Anies Baswedan maupun Partai Nasdem, karena keberadaan Partai Demokrat harus dipandang sangat dibutuhkan ditengah pencalonan Anies Baswedan oleh Partai Nasdem masih jauh dari kriteria mampu memenuhi president threshold, atau ambang batas jumlah kursi mencalonkan presiden.
Tetapi Partai Nasdem juga tidak ingin kalah gertak Partai Demokrat, hal ini ditunjukkan dengan mengangkat wacana bahwa Partai Nasdem membuka kemungkinan membentuk koalisi dengan komposisi lebih baru lagi.
Kondisi seperti ini bisa jadi makin lama akan menyudutkan kekuatan Partai Demokrat, serta memaksa Agus Harimurti Yudhoyono untuk tidak memaksakan dirinya sebagai calon wakil presiden pasangan Anies Baswedan, yang sebenarnya juga sejak awal justru para calon mitra koalisi tersebut yang tak menginginkan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres.
Jadi bukan ada pihak lain yang ingin koalisi perubahan tidak terwujud, melainkan calon mitra koalisinya sendiri yang tidak ingin membentangkan karpet biru menyambut Agus Harimurti Yudhoyono memasuki gelanggang kontestasi Pilpres 2024, apalagi menuju Istana Wakil Presiden.
Sebuah pilihan sulit dan dilematis bagi Agus Harimurti Yudhoyono ditengah harapannya yang sangat besar untuk tidak mengulangi kegagalan seperti yang dialami sebelumnya dalam kontestasi Pemilihan Gubernur Jakarta.Â