Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

April Mop (Fools' Day) vs Hoax Every Day di Era Post Truth

1 April 2023   07:47 Diperbarui: 1 April 2023   09:39 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini kita telah memasuki hari pertama di bulan April. Beberapa kalangan menyebut tangal 1 April sebagai Fools' Day atau April Mop. Tentu tidak semua orang merayakan hari yang bukan merupakan tradisi kita ini.  

Dalam sejarahnya, April Mop sendiri merupakan suatu hari yang diperbolehkan untuk melakukan kebohongan, kesaksian palsu, jahil atau lelucon kepada orang lain. Dalam setahun, ada yang menjadikan satu hari sebagai hari tipu, tetapi dalam kenyataan saat ini setiap hari orang semakin gencar merayakan penipuan. Semakin hari, penyebaran hoax justru semakin berkembang.

Pada hakikatnya hoax bukan hanya sekedar berarti berita bohong, tetapi kebohongan yang dibuat (mengelabui sesuatu yang benar) dengan tujuan jahat. Hoax saat ini bukan lagi kebohongan biasa, tetapi sudah didesain dengan teknologi.

Berbarengan dengan era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, kita pun terseret pada sebuah era baru, yakni post truth atau era pasca kebenaran. Kebenaran objektif pada era post truth ini sudah dianggap tidak terlalu penting. Sebaliknya yang paling penting pada era pasca kebenaran adalah kebenaran emosional. Kebenaran emosional dapat diciptakan dengan kebohongan yang diulang-ulang dan disebarkan berkali-kali.

Strategi inilah yang sekarang dijadikan oleh para politisi kita (nasional, maupun internasional) untuk meracuni atau mengeruhkan lingkungan dengan cara menyebarkan ancaman-ancaman yang menakutkan. Fenomena ini dianggap menjadi senjata paling ampuh karena otak manusia (reptilia) paling sensitif kalau diancam.

Hoax sebagai salah satu yang mewarnai era post truth, menjadikan manusia hidup dalam suasana ketakutan. Karena itu trik para politisi pun mengalami pergeseran. Pada zaman dahulu, para politisi menjual harapan agar mendapatkan simpati rakyat, pada era sekarang, politisi menjual ketakutan. Pada masa lampau, para politisi mengobral janji palsu, saat ini para politisi mengobral cerita palsu.

Kebenaran secara emosional akan lebih cepat merasuki hati rakyat. Oleh karena itu, saat ini ketrampilan membangun emosilah yang dikelola dan ditingkatkan. Secara emosional, orang tidak lagi melihat suatu fakta itu benar atau salah, tetapi yang penting orang percaya. Korban hoax bukan disebabkan oleh kebodohan, karena hoax tidak ada kaitannya dengan IQ manusia, melainkan EQ. Orang kalau sudah merasa benci dan merasa terancam (emosional), maka ia kehilangan rasionya.

Media sosial mempunyai peranan yang membuat hoax menyebar luas, karena dalam media sosial orang tidak hanya berbagi informasi tetapi juga berbagi emosi. Maka hati-hatilah, di saat barometer politik semakin memanas menjelang pemilu, hoax bisa menjadi senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan lawan politik. Jangan sampai anda menjadi salah satu korban dari hoax. Korban hoax diracuni oleh kebenaran emosional. Mereka berpikir seolah-olah benar, padahal kenyataannya jauh dari kebenaran objektif.

Cara Deteksi Hoax

Agar kita tidak menjadi korban hoax, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memberikan beberapa trik untuk mendeteksi hoax. Berikut ini adalah beberapa hal yang teridikasi hoax:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun