Minggu ini ada komentar menarik yang saya baca di media sosial. Wiranto ini memang luar biasa betul, ujarnya. Kebijakan Wiranto dalam menjalankan misi keamanan berkolaborasi dengan Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informasi RI) diangga tak ada duanya.
Rudiantara, adalah seorang profesional di bidang telekomunikasi dan pernah berkarier di Indosat, Telkomsel, Excelcomindo, dan Telkom. Ia juga pernah bekerja di PT PLN sebagai Wakil Direktur Utama.
Pada tanggal 22 Mei 2019, memamg kita mengalami, tiba-tiba WhatsApp, Facebook, dan Instagram tidak bisa diakses. Orang-orang pun kebingungan. Ada yang berkomentar, apakah seseorang yang pintar di negeri ini memang ditakdirkan berkolaborasi dengan hal-hal yang meresahkan dan membingungkan masyarakatnya meski hanya untuk beberapa hari ?
Bangsa ini sudah tentu masih ingat ketika Menteri Penerangan Harmoko di masa Presiden Soeharto, kemudian masyarakat mengartikan nama Harmoko menjadi Hari-hari Omong Kosong (Harmoko). Itu dikarenakan ia sangat setia kepada sang presiden. Jika berbicara di hadapan wartawan selalu mengucapkan awal pembuka pembicaraannya dengan kalimat: "Sesuai petunjuk bapak presiden."
Pada masa Harmoko menjadi Menteri Penerangan RI ke-22, 19 Januari 1983-16 Maret 1997), tepatnya tanggal 21 Juni 1994, Presiden Soeharo membredel majalah "Tempo, " majalah "Editor" dan tabloik "Detik." Pemberedelan dilakukan melalui menteri penerangan saat itu yakni Harmoko. Keputusan yang diambil berupa pemerintah membatalkan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUP).
Media yang disebutkan di atas dianggap melakukan kesalahan dalam menerbitkan pemberitaan. Salah satunya adalah majalah "Tempo" yang mengangkat masalah pembelian kapal perang bekas dari Jerman Timur. Berdasarkan data yang didapatkan oleh "Tempo," terdapat pelipatgandaan harga kapal tersebut.
Sedangkan untuk majalah "Editor " memang kritis terhadap pemerintah dengan memberiktakan isu soal politik, ekonomi, keluarga Soeharto dan Timor Timur.
Majalah Topik salah satu Grup Merdeka juga pernah dibredel. Tepatnya majalah edisi 14 Februari 1984, karena menulis laporan utama berjudul: " Mencari 1000 Jenis Manusia Miskin." Itu di masa Harmoko menjadi menteri penerangan. Pada 1 April 1988, saya mengundurkan diri sebagai Redaktur Pelaksana majalah "Topik" (1 Juni 1985-1 April 1988). Setelah itu majalah "Topik" tidak ada yang menerbitkan lagi hingga SIUPP dicabut Menteri Penerangan RI.