Prabowo menempuh pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum berkecimpung dalam dunia bisnis dan politik. Bersama Hatta Rajasa, ia pernah maju juga sebagai calon Presiden Indonesia ke-7 dalam pemilihan umum 2014, namun diungguli oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan umum Presiden Indonesia 2019 kali ini yang berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Pada bulan Mei 2017, kalau kita melihat ke belakang, tepatnya 22 Mei 1998, Prabowo dipecat sebagai Pangkostrad. Itu terjadi sehari setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan BJ Habibie. Pertanyaannya, mengapa secepat itu, Prabowo dipecat? Pertanyaan ini juga masih menggantung. Prabowo pernah mengatakan akan memperjelas masalah ini, kelak jika ia dipilih rakyat sebagai Presiden RI untuk lima tahun mendatang.
Prabowo dianggap, sekali lagi dianggap, bersalah mengirim pasukan Kostrad ke Jakarta. Ia dianggap menyalahi prosedur, karena yang bisa menggerakkan pasukan Kostrad itu hanya Panglima ABRI saat itu yang dipegang oleh Jenderal Wiranto. Itu sebabnya, Jenderal Wiranto langsung mencopot Prabowo. Jadi boleh dikatakan, baru saja terjadi penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharo ke BJ Habibie, maka pada 21 Mei 1998, besoknya tanggal 22 Mei 1998, Prabowo dipecat.
Dalam hal ini, partai Demokrat yang dipimpin mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pilpres dan Pemilu kali ini bergabung dengan partai pimpinan Prabowo (Gerindra). Sedangkan SBY ini termasuk team pencari fakta, sehingga Prabowo dipecat. Pastilah SBY sangat paham dengan hal ini. Sekaligus sangat paham dengan pribadi Prabowo.
Kita juga jangan lupa di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wiranto yang memecat Prabowo, juga menghadapi masalah dengan kasus di Timor Timur. Gus Dur mengatakan, ia tetap pada pendiriannya waktu itu akan meminta Wiranto mundur sebagai menteri koordinator bidang politik dan keamanan untuk mengurangi tekanan-tekanan dari dunia internasional.
Buat Prabowo, kemenangan calon yang diusung Gerindra dan PKS dalam Pilkada DKI beberapa tahun yang lalu merupakan angin segar, khususnya untuk Prabowo di bidang politik.
Keoptimisan ini membuat dirinya maju lagi sebagai Calon Presiden dalam Pilpres 2019. Ia sudah bernafas lega sebagai seekor burung Rajawali yang selalu terbang sendirian di udara. Sudah tentu, mencoba memperbaiki kekalahannya ketika berpasangan dengan Hatta Rajasa sewaktu menjadi Calon Presiden ke-7 dalam Pilpres 2014.