Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad di twitternya, Selasa, 29 Januari 2019, mengkritik Amerika Serikat (AS), sehubungan dengan perkembangan terakhir yang terjadi di sebuah negara Amerika Latin, Venezuela.
Ujar Ahmadinejad, apa sebenarnya yang akan dilakukan AS di sana? Menegakan hak azasi manusia atau ingin mencari harga minyak murah?
Sebuah sindiran halus dari Ahmadinejad terhadap sikap AS di negara anggota OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) Venezuela itu. Presiden Venezuela sekarang ini, Nicolas Maduro memang sedang terjerat dalam perebutan kekuasaan dengan pihak oposisi. Hal ini sudah tentu berdampak pada pasar minyak.
Produksi minyak di Venezuela telah menurun tajam dalam beberapa bulan terakhir dari dua juta barel lebih per hari menjadi sekitar 1,4 juta barel per hari.
Negara Amerika Latin itu memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia lebih dari 300 miliar barel, sebagian besar merupakan minyak mentah berat yang biaya produksinya sangat tinggi.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pemimpin oposisi Juan Guaido berebut kekuasaan sejak Guaido menyatakan dirinya "penjabat presiden" di tengah protes yang penuh kemarahan mengenai perekonomian yang terpuruk di negara itu.
Kebuntuan ini telah memecah komunitas internasional antara negara-negara yang mengakui Guaido sebagai presiden, termasuk AS ditambah berbagai negara di kawasan itu, dan mereka yang masih mengakui Maduro, termasuk Rusia dan China.
Anggota OPEC dan produsen non-kartel mereka akhir tahun lalu memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari untuk menopang harga yang lemah.
Perjanjian enam bulan yang juga disetujui Rusia, produsen utama non-OPEC, mulai berlaku sejak awal bulan ini.
Bagaimanapun situasi di Venezuela akan berdampak ke negara anggota OPEC, termasuk Indonesia. Masalah di Venezuela sudah terlihat sejak tahun 2017. Peristiwa tutunnya ke jalan para perempuan Venezuela berpakaian putih-putih berunjuk rasa di Caracas, ibu kota Venezuela, 6 Mei 2017, sudah mendesak Presiden Nicolas Maduro pertanda ikut campurnya AS di wilayah itu. Benar sekali apa yang dikatakan mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengandung kebenaran bahwa AS sedang mencari minyak mentah yang murah. Bisa juga dikatakan bahwa persoalan penegakan hak azasi manusia, sebuah pesan di balik mencari harga minyak yang murah.
Memang, selain AS, maka Rusia dan RRC sangat membutuhkan bahan bakar minyak. Negara tersebut sekarang saling berlomba memodernisir teknologi persenjataannya. Seperti konflik di Suriah. pemerintah Rusia mendukung Suriah dan Iran dalam teknologi persenjataan. Sementara pihak oposisi Suriah dibantu AS dan Arab Saudi. Semua memerlukan bahan bakar minyak untuk memproduksi senjata canggih.