[caption id="" align="aligncenter" width="451" caption="Reog Ponorogo: sichengger.wordpress.com"][/caption] ***
berbagai pulau mengambang di bumi pertiwi
beragam suku bahasa dan cara hidup begitu mewarnai
elok warna bebusana dari kebaya, batik, sampai suri-suri
gerak lihai menari begitupula bernyanyi
reog ponorogo bertopeng besar tari bali dikunjung berbagai negeri
rumah dan senjata pun jadi pelindung pertanda gagah berani
indonesia beragam budaya semua indah terikat cinta dan bakti
namun jaman tiada berhenti tiada pula berdiam kaki
membawa suguhan baru konon katanya itu menu modernisasi
silahkan dipilih yang sesaui yang buruknya dijauhi
westernisasimenjadi peradaban baru lebih bergengsi dan trendi
ketimbang adat ketimuran dari negeri para nabi
sedikit banyak semua itu masih diperdebatkan para ahli
garuda terburu-buru mengembangkan sayap hampir lupa pijakan kaki
berlomba-lomba hidup mengejar gengsi di ruang globalisasi
budaya terlupa bahkan tiada sedikit yang merasa rendah diri
tanpa sadar tentangga dekat melirik adat pertiwi dengan hati-hati
mengambil salah satunya dari tari sampai bernyanyi
merasa tercambuk terbangun terperanjat dari kelalaian diri
nasionalisme tiba-tiba diteriakan saat semua telah terjadi
berteriak nyaring dan melangkah saling terdepan untuk berdiri
mengumpat tetangga mencaci maki menuntut dikembalikan lagi
waktu terus bergulir namun usaha masih tiada arti
selain kesadaran yang mulai tumbuh bangga budaya sendiri
harap terpatri disetiap diri untuk menjaga harta bangsa hati-hati
menjaga dan dicintai jangan lagi ada yang tercuri
***
_______________
Puisi untuk Negeriku
negeri yang lupa diri (puisi untuk negeriku #1)
terkapar di kaki sang pemimpin (puisi untuk negeriku # 2) dari dan untukmu pak soeharto (puisi untuk negeriku # 3) _________________
Indramayu, 09 Juli 2012
Dasam Syamsudin